Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Seorang Pemabuk di Kota Mati

7 April 2021   07:59 Diperbarui: 7 April 2021   08:07 1622 4
Tak lagi padu
Antara akal dan nalarnya
Antara jerit dan lukanya
Runtuh, kering, di bahu kirinya

Nisbi semua logika
Hari ini suram muram hakikat penciptaan
Lomba mendahului saling manafikan

Seorang pemabuk hanya tetap meneguk tuaknya
Sambil menertawai flat-flat mobil
Perhiasan-perhiasan janda
Lampu-lampu rumah mewah

Kota ini telah mati; katanya.

Apakah benar dunia ini telah sebagaimana mestinya? tanyanya.

Cibirlah aku sekuat umurmu menyembah drama-dramamu
Yang sama sekali tak lucu bagiku

Kalau kau tak kuat
Temanilah aku
Mabuk dengan tuak-tuak ini

Mungkin kau akan mengerti
Bahwa yang paling memabukkan adalah egoisme-egoisme kita sendiri
Tentang dunia yang seakan ingin kita punyai

*****
Makassar. 07/04/2021


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun