Yang tertikam jiwa
Sebuah benih yang tak hanya menghasilkan darah
Tapi menumbuhkan pohon yang rindang
Dengan buah yang sangat manis
Perih ketika rasanya dianggap berbeda
Tapi rasakan dengan tetesan embun
Yang diurai setelah bersujud di depan-Nya
Tatkala meminta
Namun, kenapa tidak memahaminya?
Memang banyak hal yang menjadi luka
Membuat tak bisa tertawa
Pangkal gigi berlubang kesakitan
Namun, ingat--marwah senyum tak pernah berubah
Dan tak ada yang bisa menebaknya
Maka jangan bicara perih padanya
Hanya karena belum merasakan manis di telinga
Lihat sengketa pelangi atas mendung
Dan pergeseran pekat malam
Ke bersih langit biru