Karena sejak pandemi Covid-19 merebak, dan berbagai kontraksi yang terjadi seiring beragam pembatasan yang harus dibuat dan membuat ekonomi melemah telah diantisipasi oleh pemerintah. Penerapan strategi seimbang dan konsisten antara menjaga denyut ekonomi dengan masalah kesehatan serta dengan memanfaatkan peluang sekecil apapun dari situasi global menjadi kunci bagi tercapainya pertumbuhan yang saat ini sedang berlangsung. Â Itu terlihat dari catatan enam kuartal terakhir, dimana Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas 5% berdasarkan konsensus pasar.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 6 kuartal berturut-turut diatas 5%, ini menunjukkan bahwa ekonomi kita solid. Kita lihat juga pertumbuhan daripada penyerapan tenaga kerja sebesar 3,02 juta dibandingkan Februari tahun 2022 dan juga terjadi penurunan tingkat pengangguran sekitar 0,41 juta dari 8,4 juta menjadi 7,99 juta orang," papar  Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat memaparkan laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal pertama tahun 2023 di Jakarta, pekan lalu.
Solidnya pertumbuhan tersebut ditopang oleh sejumlah indikator pendukung seperti naiknya pengeluaran di masyarakat yang berarti adanya peningkatan kebutuhan, dilanjut oleh  konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 4,54% (yoy), pertumbuhan PMTB sebesar 2,11% (yoy) yang menunjukkan penguatan daya beli masyarakat, hingga penguatan konsumsi Pemerintah mencapai 3,99% (yoy), termasuk juga kinerja ekspor yang tumbuh mencapai 11,68% (yoy),
Kenaikan permintaan tersebut diimbangi oleh ketersediaan pasokan dari beberapa sektor seperti transportasi dan pergudangan yang menyentuh angka 15,93% (yoy), serta sektor akomodasi dan makanan minuman sebesar 11,55% (yoy). Selanjutnya, sebagian kontributor terbesar PDB, sektor industri pengolahan juga tumbuh positif mencapai 4,43% (yoy).
Secara makro, hasilnya terlihat pada angka inflasi yang menjadi indikator umum dimana untuk April 2023 angkanya tercatat sebesar  4,33%  atau turun sebesar 4,97% dari bulan Maret 2023. Seiring dengan hal tersebut, sektor keuangan tetap berada pada level yang resilien dengan ketersediaan likuiditas dalam negeri yang mencukupi.
Airlangga percaya, momentum dari trend positif tersebut masih akan berlanjut hingga akhir kuartal dua 2023 ini. Itu tak lain karena permintaan domestik yang tetap tumbuh dan menjadi penopang utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Keyakinan itu bisa dilihat dari  capaian Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 123,3 pada Maret 2023 dan PMI Manufaktur mencapai 52,7 pada April 2023. Sedangkan dari sektor eksternal juga menunjukkan surplus transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, surplus neraca perdagangan selama 35 bulan berturut-turut, penguatan nilai tukar dan IHSG, serta rasio utang luar negeri pada level aman. "Dengan catatan tersebut dan sinergi dengan seluruh stakeholder, kita berharap target pertumbuhan di akhir tahun di tahun politik ini bisa mencapai sebesar 5,3% (yoy) dan kami optimis bahwa pertumbuhan ini bisa terus dijaga di tahun 2023 dan tentunya menjadi momentum di tahun 2024," pungkas Menko Airlangga.