3 Januari 2013 01:08Diperbarui: 24 Juni 2015 18:36741
Di ujung tahun 2012, pagi itu begitu sejuk setelah semalam hujan cukup lebat, saya dan istri memandikan si kecil Bumi lalu menunggu istri selesai ndulang Bumi. Kami berangkat ke Darungan.Darungan adalah nama dusun, letaknya sekitar 12 km dari pusat kota Jember. Sebagian besar warganya hidup dengan bertani, beternak, sebagian buruh gudang, ada juga yang bekerja sebagai guru, sebagai penjaga gudang, sebagai buruh bangunan dan sebagian lagi bekerja sebagai aparat desa. Kami mulai memasuki wilayah Darungan, sebelum mencapai ke rumah si Mbah-nya Bumi kami melewati area persawahan di kanan-kiri, dengan jalan desa yang hanya cukup 1 mobil, kami juga melewati area pohon-pohon bambu.Suasana pedesaan cukup terasa (meskipun Darungan tidak jauh dari pusat kota), ditambah hawa sejuk setelah hujan cukup lebat semalam. Setibanya di rumah si Mbah-nya Bumi, seperti biasa tidak lama setelah itu saya langsung disambut kopi lokal (deplokan/di tumbuk), yang berbeda dengan yang sudah-sudah hidangan tape ketan hitam plus tetel. Tak ada kata lain selain mantaab, hehe. Meskipun tidak ada yang 'wah'. Melihat sawah, bebek, merasakan hawa sejuk, melihat sungai kecil (letaknya 10 meter di samping rumah si Mbah-nya Bumi) endapan tanah di sungai mengeluarkan bau khas, ada bau gabah yang dibakar juga sangat khas aromanya, suara sapi.Suasana itu cukup membuat urat syaraf rileks. Ditambah tape ketan hitam, tetel, kopi, dan rokok kretek idola saya. Terima kasih Tuhan atas pagi yang istimewah itu.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.