Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

1928 – 2008, Pipit-pipit Muda

14 Januari 2010   11:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 146 0
[caption id="attachment_53888" align="aligncenter" width="300" caption="pipit-pipit muda melepas bulu primordial mereka dan menjadi garuda"][/caption] Bulan Oktober, akhir musim panas dan awal musim hujan. Hawa di Jawa dan pulau-pulau lainnya di Nusantara sangat menyenangkan. Angin hangat yang membawa hujan bertiup dari daratan Asia melalui laut Jawa menuju Samudra Hindia. Angin inilah yang senantiasa setia berubah arah sehingga para pelaut Nusantara yang gagah berani pergi dan kemudian pulang kembali.

Bulan Oktober di Kotabaru, Jogjakarta, angin hangat yang sama bertiup di belakang rumah di jalan Nyoman Oka no 4A, menelusuri daun-daun pohon mangga. Menggoyang-goyangkan batang tempat bersarang burung-burung pipit Jawa.

Dua burung pipit mulai mengumpulkan rumput kering dan membuat sarang pada awal musim kemarau. Si betina bertelur dan sesudah itu bergantian mengerami telurnya bersama si jantan. Telur-telur menetas bersamaan dengan datangnya musim panen. Riuh ciap pipit-pipit kecil setiap hari, induk mereka terbang datang dan pergi. Kini bulu mereka telah lengkap, sayap mereka telah kuat dan angin hangat bulan Oktober menggoyang-goyangkan batang tempat mereka bersarang, memberi tahu mereka untuk segera terbang.

Rumah di jalan I Dewa Nyoman Oka inilah tempat Soegondo Djojopuspito menghabiskan masa tuanya, memandangi Indonesia yang diimpikannya semasa muda. Di rumah ini pulalah dia berpulang meninggalkan Indonesia yang dicita-citakanya.

Aku sekarang meninggali rumah ini tetapi aku memang tak berkesempatan bertemu dia. Seandainya aku bertemu dia dan teman-teman yang membuat Sumpah Pemuda pada tahun 1928, aku ingin bertanya: “Inikah Indonesia yang mereka khayalkan?”

Hanya dinding-dinding bekas rumahnya, perabotan-perabotan tuanya, piano antiknya, beberapa lembar foto hitam putih, dan sobekan-sobekan catatan yang tak lengkap yang menjawab tanyaku. Jadi, selalu ku mulai dengan kata “KONON KABARNYA” dan “MUNGKIN” karena aku sendiri tak yakin atas kebenaran ceritaku.

Konon kabarnya, Soegondo Djojopuspito yang juga di kenal sebagai pak Gondo lahir di Tuban pada tanggal 22 Februari 1904. Ayahnya adalah seorang juru tulis, tetapi ada pula yang mengabarkan bahwa ayahnya adalah seorang penghulu dan kakeknya dari pihak ibunya adalah seorang khotib dan kakek buyutnya adalah seorang penghulu bernama Raden Iman Razi. Konon kabarnya pula, leluhurnya berdarah Tionghoa bermarga Tio dan mengalami akulturasi Jawa dan memeluk agama Islam.

Mungkin, dia terpilih menjadi ketua Konggres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda karena dia adalah prototipe Indonesia, citra kekayaan sebuah kemajemukan. Mungkin, tidak 100% suku Jawa, jadi tidak bergabung dengan Jong Java tetapi pasti dia 100% Indonesia. Dia juga mendapat dukungan dari Soekarno yang menjadi teman kostnya semasa di Surabaya di rumah H.O.S. Cokroaminoto juga dari Hatta ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda.

Konon kabarnya, Pak Gondo pernah ditanya tentang Moh. Yamin ketua Jong Sumatera yang menjadi sekertaris Konggres Pemuda II dan dia bercerita:

“Sumpah itu ditulis oleh Yamin yang penyair dalam sesobek kertas dan ditunjukkan pada saya ketika Soenario berpidato. Saya memaraf setuju, dan juga pengurus konggres lainnya. Maka jadilah Sumpah itu saya bacakan di akhir sidang. Lalu WR Supratman berbisik pada saya dia mau melantunkan Indonesia Raya gubahannya. Saya persilahkan tapi sebaiknya tanpa kata-kata, biola saja daripada sidang dibubarkan polisi Belanda.”

“Moh. Yamin pula yang bersyair memelintir kata-kata sehingga konggres itu menjadi berita. Dia bercerita seolah para pemuda itu dating berduyun-duyun dengan kapal ke Jakarta, padahal sebenarnya perwakilan pemuda itu sudah ada di Jakarta.”

“Tetapi itu memang peristiwa yang luar biasa. Bung Hatta menyebutnya ‘sebuah letusan sejarah’ yang memang akhirnya membulatkan tekad menjadikan Indonesia Raya.”

Aku jadi seperti melihat pemuda-pemudi yang berkonggres itu, anak-anak jaman yang memberontak mencari jalan. Seperti pipit-pipit muda yang menanggalkan bulu-bulu primordial kesukuan mereka dan terbang menjadi garuda.

Konon kabarnya, setelah itu pak Gondo aktif berbagai organisasi termasuk di perguruan Taman Siswa. Dia juga ikut memprakarsai berdirinya kantor berita Antara. Dia menjadi direkturnya dan Adam Malik adalah wakilnya. Kemudian juga menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang bertugas member masukan kepada presiden selama badan legislatif belum terbentuk. Pada masa Republik Indonesia Serikat dia pernah menjadi Menteri Pembangunan Masyarakat.

Konon kabarnya, pada usia 46 tahun, usia yang cukup muda dia memutuskan untuk pensiun. Pada tahun 1952 dia dipanggil oleh Presiden Soekarno untuk menduduki sebuah jabatan yang penting tetapi dia menolak.

Mungkin, dia pensiun dini dan menolak jabatan karena dia begitu percaya kepada para pemuda. Mungkin, dia ingat 1928 dan 1945 ketika para pemuda meletuskan sejarah dan membentuk Indonesia. Mungkin, mimpinya adalah Indonesia merdeka. Ketika Indonesia telah merdeka telah purnalah tugasnya dan dia menyerahkan penulisan sejarah berikutnya kepada yang muda.

Tak banyak kukira yang berani dan dengan penuh percaya melepaskan pena dan memberikannya kepada para pemuda untuk melanjutkan kepenulisan Indonesia. Dalam khayalku, hampir seperti pesilat yang undur diri dan menjadi pertapa, hanya sesekali turun gunung jika diperlukan.

Dalam khayalku, hampir seperti Musashi yang sesudah menuntaskan pertarungan terakhir dengan Sasaki Kojiro undur diri dan tak pernah muncul lagi. Mendalami ilmu, diri sendiri dan menulis buku.

***

Angin hangat bulan Oktober kembali bertiup menggoyang-goyangkan sarang, dan akankah pipit-pipit muda masa kini menanggalkan bulu-bulu primordial perbedaan mereka dan terbang menjadi garuda?

Angin hangat bulan Oktober kembali bertiup menggoyang-goyangkan sarang, dan akankah garuda-garuda tua melepaskan sayap mereka dengan penuh percaya dan membiarkan para pemuda melanjutkan menulis Indonesia.

Sumber gambar: dari sini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun