Tingginya tingkat ketakwaan di awal bulan ramadhan ini, seringkali tidak bisa bertahan lama. Masyarakat muslim seperti kesulitan untuk mempertahankan kualitas ibadahnya. Biasanya di hari kesepuluh, mesjid mulai mengalami penyusutan jumlah jamaah, dan menginjak pada pertengahan bulan ramadhan, jamaah semakin terlihat berkurang. Keadaan ini disebabkan karena lemahnya upaya penguatan hati dan pikiran yang terhubung pada Allah SWT, di awal-awal ramadhan.
Memantapkan Visi di Awal Ramadhan
Kegiatan ibadah yang terlaksana dengan rutin di awal ramadhan, belum tentu akan menciptakan ibadah di hari-hari selanjutnya menjadi lebih baik, apabila rutinitas ibadah tersebut hanya dilaksanakan dengan landasan perasaan wajib yang tidak disertai dengan pemahaman ketaatan. Ibadah berdasarkan perasaan wajib, kadang tidak memiliki tujuan yang jelas dan hanya bertumpu pada landasan hukum yang tidak jelas pula. Sehingga, kondisi beribadah seperti itu sering ditunggangi oleh obsesi hawa nafsu, yang hanya sekedar menuntaskan ibadah sesuai keinginannya sendiri. Ibadah yang berlandaskan kewajiban tersebut, tidak akan bertahan lama, apabila tidak diimbangi dengan ketaatan (tunduk) pada Allah SWT. Dalam artian ibadahnya harus betul-betul sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh rosul, dan berharap pada keridhoan Allah SWT, bukan ibadah sesuai keinginannya sendiri. Yaitu, melalui penguatan dan pematangan target yang direncanakan di awal bulan ramadhan. Dengan begitu, ibadah yang kita laksanakan di bulan ramadhan akan membentuk pribadi muslim yang kuat bertahan untuk beribadah di bulan ramadhan secara konsisten, selama sebulan penuh.
Penguatan dan pematangan target di awal ramadhan dapat diawali dengan menentuan tujuan dengan pasti, melalui visi yang ingin anda capai di Ramadhan tahun ini?, bagaimana cara mencapai visi-nya?, dimana akses untuk mendapatkan penguatannya?, dan kenapa visi itu harus dicapai?. Berikut adalah contoh visi diri yang bisa ditanamkan dalam diri untuk ramadhan tahun ini : ' Menguatkan pribadi Ihsan di Abad 21'. Melalui visi diri ini, kita akan melaksanakan ibadah shaum sesuai dengan tujuan pencapaian nilai-nilai ihsan, sebagai panduan selama menjalankan ibadah shaum di bulan ramadhan.
Visi diri yang penulis contohkan adalah target penguatan pola pikir seorang insan untuk mencapai ihsan. Upaya untuk mencapai target tersebut, harus dengan memahami cara menjadi manusia yang ihsan (berbuat baik) yang bisa beradaptasi dengan pola hidup di abad 21. Penetapan alasan yang kuat dari visi diri ini adalah menjadi Insan yang memiliki pola pikir yang baik adalah insan yang siap hidup dan menyesuaikan dengan tantangan jaman, tanpa mengurangi prinsip-prinsip islam yang mendasar.
Memantapkan misi yang Selaras dengan Visi Diri untuk Ramadhan
Misi merupakan penentu keberhasilan mencapai visi, oleh karena itu pernyataan misi harus selaras dengan visi yang sudah ditetapkan. Misi merupakan tahapan tangga untuk mencapai keberhasilan mencapai visi itu sendiri. Mari kita kembali mencerna contoh visi yang penulis sertakan di paragrap sebelumnya. Bagaimana cara mencapai kualitas insan yang memiliki pola pikir yang kuat?, jawabannya melalui pembentukan hati yang lapang dada dan pengelolaan pikiran yang Jernih. Membentuk kedua aspek tersebut membutuhkan sifat sabar dan tawakal. Jadi misi yang tepat untuk mencapai tujuan diatas adalah menata hati yang lapang dengan proses pengendalian sabar dan mengolah pikiran yang jernih melalui penguatan tawakal, melalui misi tersebut kita akan mudah beradaptasi dengan berbagai tantangan perubahan yang serba cepat di abad 21.
Memerdekakan Ramadhan dengan Sabar dan Tawakal
Bulan suci ramadhan harus bersih dari berbagai kegiatan yang bertentangan dengan syariatnya. Mensucikannya harus melalui proses belajar sabar untuk menata hati yang lapang, yaitu hati yang terbebas dari belenggu-belenggu kejahilan (kebodohan), hasud, iri dan dengki. Kita sebagai seorang muslim harus berusaha untuk memerdekakan hati ini dengan cara mengembalikan kepada nilai-nilai fitrahnya. Buya Hamka menafsirkan salah satu ayat Alqurn surat Al A'raf (7):172, isi tafsirannya adalah fitrah tersebut tumbuh bersamaan dengan akal, bahkan dikatakan tumbuh-kembangnya akal juga dipengaruhi fitrah manusia tersebut. Menurut tafsir tersebut, maka haruslah kita menjaga fitrah dan mengembalikan hati yang terbelenggu hawa nafsu kedalam fitrahnya, agar jiwa kita lapang dada dan selaras dengan pikiran yang jernih.
Mengembalikan jiwa dan pikiran ke ranah fitrahnya membutuhkan usaha keras, karena tantangan diabad ini penuh dengan jebakan-jebakan yang mengarahkan kita pada kesesatan. Pikiran dan hati sering tidak terhubung dengan baik, karena salah satu penyebabnya adalah hati atau pikiran kita selalu terkoneksi dengan hawa nafsu yang memiliki gelombang frekwensi yang lebih besar.
Memerdekakan ramadhan dari belenggu syaitan harus diawali dengan menata hati dengan sabar, karena menurut para ahli bahwa sabar adalah menahan. Melalui proses sabar ini berarti kita melakukan proses mengurangi otoritas hawa nafsu terhadap diri. Selama sebulan ini, kita diajarkan untuk menahan makan, minum, berbicara buruk dan bersenggama ( bagi yang sudah menikah) di siang hari. Proses menahan memang berat, ketika di siang hari harus menahan keinginan-keinginan. Akan tetapi inilah proses belajar untuk melawan hawa nafsu, sampai mengkerdilkan keberadaannya. Namun, bagaimana kita bisa mengecilkan peran hawa nafsu, apabila malam hari juga kita tidak bisa menawan godaan untuk menikmati keinginan secara berlebihan. Perilaku seperti itu tidak akan membawa perubahan pada diri, karena perubahan diri akan terjadi apabila terjadi perilaku yang berkelanjutan dan saling menguatkan.
Sabar dapat di kelola dengan baik, apabila kita sudah menentukan visi kita dengan baik. Melalui visi yang bertujuan jelas, maka kita akan memperoleh perubahan di akhir ramadhan, bahkan akan berlanjut di bulan-bulan setelah ramadhan. Empat cara untuk membentuk pribadi yang sabar adalah pertama, Perbanyaklah membaca buku atau bacaan yang memiliki banyak manfaat. Kedua, Banyak berdo'a dan meminta pada Allah agar kita selalu memiliki hati yang kuat bertahan dalam kebaikan. Ketiga, memperbanyak shaum di luar bulan ramadhan, jadikanlah shaum ramadhan tahun ini sebagai latihan, dan yang keempat adalah menjaga pandangan, karena pandangan merupakan sarana yang efektif untuk mempengaruhi hati dan pikiran.
Setelah memperoleh hati yang lapang dada melalui proses sabar, maka langkah selanjutnya adalah menghancurkan belenggu-belenggu syaitan dengan pengelolaan pikiran yang jernih melalui proses tawwakal. Pengertian tawwakal menurut Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani adalah, "Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan." Tawwakal akan menuntun kita pada pikiran yang tenang dan tentram, karena kita telah meyakini bahwa hanya Allah SWT sebagai segala sesuatu yang menentukan hasil dari apa-apa yang kita telah usahakan.
Sabar dan Tawakal adalah kunci dasar kita untuk tetap berada dalam fitrah Allah SWT. Melalui kedua upaya tersebut, hati akan selalu merasa lapang dada dan pikiran akan selalu dalam keadaan jernih. Karena, Melalui sabar yang menguat, maka hawa nafsu akan mengecil dan tidak berdaya untuk mempengaruhi pikiran dan hati. Akhirnya pikiran selaras dengan hati dan kembali sesuai fitrahnya, tanpa tergerus intervensi hawa nafsu. Pada Akhirnya kita akan menjadi insan yang berkualitas di hadapan Allah SWT, dan menjadi Insan yang siap bertahan dengan kualitas ibadah yang terbaik di bulan ramadhan tahun ini.