Lalu bidukmu buritani dermaga usang
Mencabik bentang segara
Menambat sauh di pantai nusa asa
Bilik sunyi tetaskan lorong rindu
Lalu menghisap lima atau hendak berapa lagi kalender dan mencecer-cecerkannya di lantai
Sementara pada dermaga berlumut
ku tiada lelah mengerek asa
Kepada saku gelombang kutitip bisik bersampul biru
Namun segenap ombak telah pecah sebelum memantai
Pohon-pohon peraduan kupanjati
Tapi bahkan di peron kereta malam pun engkau tak pernah berada
Alangkah luasnya lautmu
Sehingga yang dapat kuraih hanyalah kaki langitmu
Duhai,kapal-kapal pemintal jarak
Bawakan aku sebuah gunting rindu
***