Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Kaburnya Batas antara Impian, Beasiswa, dan Industrialisasi Sepak Bola

4 April 2014   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 147 0
Kolom  Daniel Oslanto

Barcelona Dihukum FIFA Terkait Transfer Ilegal 10 Pemain Muda di bawah Umur

Kaburnya Batas AntaraImpian, Beasiswa, dan Industrialisasi Sepakbola

Sepakbola sebagai olahraga paling terkenal di dunia tentunya menjanjikan banyak hal bagi setiap elemen yang terlibat di dalamnya, terlebih para aktor lapangan hijau. Ketenaran, kemegahan, bayaran yang luar biasa menjadi daya tarik bagi para pelakon permainan si kulit bundar. Sepakbola bukan lagi sekedar permainan, sepakbola juga menjadi sebuah lahan industri dimana jutaan orang menggantungkan harapan akan kehidupan, seperti dunia media, teknologi, hingga perusahaan dunia penyedia appereal bagi klub-klub. Daya tarik sepakbola inilah yang sangat kuat sehingga tidak sedikit anak-anak di dunia ini ingin menjadi seorang pesepakbola profesional. “Saya adalah orang paling beruntung di dunia ini karena dibayar untuk melakukan apa yang menjadi kesenangan (hobi) saya, dimana orang akan melakukannya secara cuma-cuma” ujar Jakub “Kuba” Blaszczykowski, pemain Borussia Dortmund dan Internasional Polandia dalam sebuah kesempatan mengenai seberapa pentingnya sepakbola dalam kehidupannya.

Sepakbola bukan lagi sebuah permainan, sepakbola juga tumbuh dan berkembang menjadi impian anak-anak. Jakub Kuba hanyalah satu dari jutaan pesepakbola yang memilih sepakbola sebagai jalan hidup dikarenakan sepakbola menawarkan sesuatu yang akan selalu menjadi impian mereka sedari kecil. Tak ayal bila pada akhirnya, sepakbola tidak akan pernah kehabisan sumber daya. Milyaran anak kecil memainkan sepakbola dan jutaan bermimpi untuk menjadi seorang pesepakbola profesional, sekalipun harus menghadapi “seleksi alam” di dunia sepakbola. Bak gayung bersambut, para klub profesional pasti membuka akademi untuk para pemain muda, agar bisa mengembangkan bakatnya dalam bermain sepakbola.

Klub-klub besar dunia tak kalah agresif mengenai mencari bakat-bakat muda terbaik di seluruh dunia dengan membangun cabang akademi sepakbola mereka di berbagai belahan dunia. Barcelona, Madrid, Manchester United, Arsenal, memiliki akademi sepakbola yang tersebar di berbagai negara di dunia. Puluhan ribu talent scout bertebaran untuk memantau bakat-bakat yang akan dibawa ke dalam dunia sepakbola. Dan disinilah letak persoalan yang terjadi. Klub-klub besar bisa mengangkut para bakat terbaik dari seluruh penjuru dunia, seolah mengabaikan bahwa mereka adalah anak kecil di bawah umur yang masih membutuhkan orangtuanya untuk mendampingi mereka hingga berusia matang (dalam hal ini berumur 18 tahun) untuk memutuskan sesuatu yang menentukan kehidupannya kelak. Berbagai cara diusahakan. Dimulai dari beasiswa pendidikan, biaya hidupnya dengan orangtua selama menimba ilmu sepakbola, hingga memberikan pekerjaan kepada orangtua si anak. Semua cara ini bukanlah hal yang baru dalam melobi pemain muda. Hal ini tidak menyalahi aturan yang melarang mempekerjakan anak di bawah umur. Namun, benarkah bahwa mengiming-imingi semua itu kepada seorang bakat muda, bukan sebuah persoalan yang berarti karena klub bukan memperlakukan seorang pemain muda seperti pekerja profesional?Bukankah setiap pemain muda di bawah umur akan dibebani dengan standard/ aturan berlatih, bermain, dituntut beradaptasi dengan bahasa asing dan budaya asing dengan baik layaknya seorang profesional. Well, obviously, they just children.

FIFA Mengambil Jalan Tengah

Ambisi para klub elit dunia untuk tetap kompetitif dalam dunia sepakbola tentulah sangat besar. Sayangnya, dengan mengandalkan transfer pemain dari klub lain untuk memperkuat klub bisa menguras kantong klub dengan teramat dalam. Opsi pembinaan pemain muda di akademi sendiri menjadi sebuah solusi logis. Akademi klub diharapkan bisa menyuplai bakat-bakat siap pakai untuk kebutuhan klub, dan tentunya biaya untuk hal ini jauh lebih kecil ketimbang untuk membeli pemain dari klub lain. Opsi lain yang lebih menarik adalah dengan memantau anak anak berbakat dengan bantuan talent scout yang dipekerjakan oleh klub. Klub akan bergerak setelah pemandu bakat mendapatkan data statitik kemampuan si pemain, dengan menawarkan sejumlah opsi seperti yang di atas, beasiswa hingga lapangan pekerjaan bagi sang orangtua.

FIFA menengahi masalah transfer Internasional pemain dibawah umur oleh klub. Sesuai dengan aturan regulasi transfer yang dikeluarkan oleh FIFA, salah satu subbabnya adalah mengenai transfer Internasional pemain di bawah umur, pada pasal 19 yang berbunyi :

(ayat 1) Transfer Internasional pemain hanya diijinkan jika pemain bersangkutan sudah berumur 18 tahun ke atas.

(Ayat 2) Tiga pengecualian atas aturan (ayat1)

a)Orangtua pemain pindah ke negara di mana klub barunya berlokasi, dan dengan alasan yang tidak berhubungan dengan sepakbola

b)Transfer terjadi dalam wilayah Uni Eropa (EU) atau Area Ekonomi Eropa (EEA) dan pemain berusia antara 16 dan 18.

-Menyediakan pemain dengan pendidikan sepakbola yang memadai atau pelatihan dengan standar nasional tertinggi

-Menjamin pendidikan akademik si pemain, di samping pendidikan sepakbola, yang memungkinkan pemain untuk mengejar karir lain selain sepakbola yang membuatnya berhenti dari bermain sepakbola secara profesional.

-Memastikan pemain mendapatkan hal yang paling baik (Standart hidup terbaik dengan keluarga angkat atau penginapan di klub, penunjukkan mentor di klub, dll).

-Dalam pendaftaran pemain, harus diperlihatkan asosiasi yang relevan dengan bukti semua kewajiban di atas.

c)Pemain tinggal tidak lebih dari 50 KM batasan nasional dan klub yang ingin dituju si pemain dalam asosiasi tetangganya juga berada dalam batasan 50 KM. Jarak maksimum antara domisili pemain dengan markas klub harus 100 KM. Dalam kasus tersebut, pemain tersebut harus tinggal di rumah dan dua asosiasi yang bersangkutan harus memberikan persetujuan eksplisit mereka.

(Ayat 3) Kondisi artikel ini juga berlaku bagi setiap pemain yang belum pernah terdaftar dalam sebuah klub dan bukan berkewarganegaraan dari negara (klub) yang dia ingin daftarkan/tuju untuk pertama kali.

(ayat 4) Setiap Transfer Internasional sesuai dengan ayat 2 dan setiap pendaftaran pertama kali berdasarkan ayat 3 adalah tunduk pada persetujuan dari sub-komite yang ditunjuk oleh Komite Status Pemain. Permohonan persetujuan diajukan oleh asosiasi yang ingin mendaftarkan pemain. Mantan asosiasi (pemain) harus diberikan kesempatan untuk menyerahkan posisinya. Persetujuan subkomite harus diperoleh sebelum setiap permintaan dari asosiasi untuk sertifikat Transfer Internasional. Setiap pelanggaran ketentuan ini akan dikenakan sanksi oleh Komite Disiplin sesuai dengan Kode Disiplin FIFA. Sebagai tambahan ke asosiasi bahwa kegagalan pengajuan, sanksi dapat dikenakan pada mantan asosisasi (si pemain) karena mengeluarkan sertifikat transfer Internasional tanpa persetujuan dari subkomite, serta pada klub yang mencapai kesepakatan transfer di bawah umur.

(ayat 5) Prosedur untuk menerapkan pendaftaran dan transfer Internasional pemain di bawah umur ke sub-komite terkandung dalam lampiran 2 peraturan ini (Aturan Regulasi FIFA).

Dengan adanya aturan transfer pemain di bawah umur, FIFA menginstruksikan setiap klub untuk berhati-hati dalam melakukan transfer pemain di bawah umur. Barcelona dan Asosiasi sepakbola Spanyol dihukum karena melanggar aturan transfer FIFA ayat 19 yang dipaparkan di atas. Perbedaan regulasi menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi transfer pemain yang kontroversial. Inggris memperbolehkan pemain diberikan kontrak kerja diusia 16 tahun, sementara di negara dengan sepakbola wahid lainnya memperbolehkan mengontrak pemain pada usia 18 tahun.

Barcelona pernah kehilangan Cesc Fabregas didukung karena perbedaan regulasi. Arsenal di bawah Wenger menjamin bermain di tim utama Arsenal kepada Fabregas, yang pada akhirnya memilih meninggalkan Spanyol, ketimbang bertahan sampai umur 18 tahun dan bergabung dengan Arsenal. Arsenal hanya membayar 500.000 pounds dan kemudian menjualnya kembali ke Barcelona dengan paket senilai 40 juta euro. Demikian dengan kisah Federicho “Chico” Macheda. Macheda “diculik” oleh Manchester United pada usia 16 tahun dengan membayarkan sejumlah kompensasi kepada Lazio. Lazio yang ingin mempertahankan Macheda, tidak bisa memberikan kontrak kerja terlebih MU menawarkan “paket lain” kepada orangtua Macheda, yang tentunya tidak bisa ditolak oleh mereka. Demikian juga kasus Gael Kalkuta yang direkrut Chelsea dari Brest, yang mengundang kontroversi.

Sepuluh pemain di bawah umur yang ditransfer “ilegal” oleh Barcelona adalah Lee Seung Woo (under-16s), Paik Seung Ho (under-18s), Chan Kyul Hee (under-16s), Theo Chendri (under-18s), Bobby Adekanye (under-16s), Patrice Sousia (under-14s), Giancarlo Poveda (under-14s), Andrei Onana (under-18s) and Maxi Rolón (under-18s), dan yang kesepuluh adalah Antonio Sanabria, yang sekarang sudah menjadi milik AS Roma dan dipinjamkan ke Sassuolo. Lee Seung Woo menjadi inti dari semua kehebohan transfer dibawah umur Barcelona, seorang bocah menjanjikan, tetapi akankah ini bermanfaat?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun