Menakar Ke-special-an The Special One
Jose Mourinho, menjuluki dirinya sendiri The Special One setelah berlabuh ke Chelsea pada 2004. Membawa Porto berhasil menjadi juara Liga Champions sebagai acuan kepantasan gelar tersebut sekaligus tiket memuluskan jalan Mourinho ke Stamford Bridge. Mourinho benar-benar special. Di musim perdananya, dia memberikan Chelsea gelar juara Liga Inggris yang telah mereka rindukan selama 50 tahun. Melanglang buana ke berbagai klub setelah Chelsea, Mourinho selalu berhasil memberikan gelar di musim perdananya di Inter Milan dan Real Madrid. Kerberhasilan ini membuat Roman Abramovic, sang pemilik Chelsea “luluh” dan melobi kembalinya The Special One ke Chelsea musim ini.
Musim ini, Chelsea kembali berpeluang untuk mengakhiri dengan status nirgelar. Tentunya ini sebuah sinyal bahaya bagi Jose Mourinho, mengingat Roman Abramovic bukanlah seorang yang sabar atas kegagalan. Mari kita menilik sejenak napak tilas keputusan Abramovic mengenai nasib pelatih Chelsea. Semejak Mourinho mengundurkan diri, Chelsea memberikan kesempatan kepada asistennya, Avrant Grant. Grant tidak bisa dikatakan gagal. Grant berhasil membawa Chelsea ke Final Liga Champions 2008 dan menjadi runner-up Liga Inggris. Namun, Abramovic memandang ini sebagai sebuah kegagalan. Pelatih selanjutnya adalah Carlo Ancelotti. Juru taktik yang melatih Real Madrid saat ini berhasil mengawinkan gelar juara Liga Inggris dan Piala FA di musim perdananya. Sayangnya, di musim kedua, Chelsea diterpa badai cedera yang sangat memprihatinkan hingga Ancelotti bahkan sampai memainkan pemain reserves Chelsea sebagai pemain inti di Liga Inggris akibat tidak tersedianya pemain utama. Sayangnya, kegagalan di musim kedua akibat cedera parah tidak bisa menjadi alasan bagi Abramovic.