Waktu itu saya berbincang-bincang sebentar dengan ibu guru pengajar kelas 5 di SD tersebut. Yang membuat saya terkejut adalah arah pembicaraan dari ibu tersebut yang selalu mengarahkan pembicaraan kepada kurang pede-nya sebagai SD "pinggiran". Ibu itu selalu berbicara "SD ini tidak seperti SD yang lain.", "Yang sekolah disini anaknya PNS saja cuman 1". Bahkan sang kepala sekolah pun dari notasi berbicaranya juga berulang kali minta maaf karena kekurangan dan sambutan yang kurang terhadap para panitia pengada Kelas Inspirasi.
Sontak saya berpikir dan bertanya, apakah perasaan seperti itu juga yang dialami oleh guru guru PNS lain yang dikategorikan oleh masyarakat sebagai "sekolah pinggiran"? Jika pengajarnya saja berpikir seperti itu (bukan berpikir seperti Kelas Inspirasi ajarkan bahwa kami Inspirator diberi kehormatan untuk membagikan sesuatu di depan calon pejabat,pemimpin negara di masa depan), apakah mampu mereka mendidik anak didik mereka dan membuat anak didik mereka menggali potensi dalam diri mereka untuk menjadi diri mereka yang maksimal?