Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

L’histoire se Repete-30: Pikiran Mesum Berujung Petaka

21 September 2010   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 622 0
Alkisah, Sang Maharaja Purnawarman akhirnya meninggal pada tahun 434 M. Putera mahkotanya, Sang Wisnuwarman, yang terkenal akan kelemahlembutannya, kecerdasannya dan keterampilannya berperang akhirnya menduduki tahta Kerajaan Tarumanagara (434 - 455 M). Konon pada saat penobatannya diadakanlah pesta nasional selama 3 hari berturut-turut yang dihadiri oleh seluruh raja daerah dan raja taklukan juga duta-duta besar kerajaan lain. Demikian juga para brahmana, panglima perang, para pejabat kerajaan dan para prajurit turut hadir. [caption id="attachment_264038" align="aligncenter" width="300" caption="Wilayah kekuasaan Tarumanagara (sumber: www.id.wikipedia.org)"][/caption] Pesta ini berlangsung meriah, diceritakan dalam Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa bahwa istana dan tempat pesta dipenuhi oleh keharuman bunga, tampaknya para penjual bunga segar laris manis saat itu he..he....Semua perusahaan katering juga sibuk karena dalam pesta ini semua aneka makanan yang lezat disuguhkan kepada para tamu. Demikian juga ditampilkan pertunjukan musik serta tarian yang mampu membius para hadirin yang menontonnya. Masa pemerintahan Sang Wisnuwarman juga ditandai oleh adanya gempa bumi (437 M) yang tidak terlalu besar dan lama. Jadi sepertinya memang sejak dulu daerah Jawa bagian barat sering dilanda gempa bumi ya. Setahun sesudahnya terjadi gerhana bulan. Tapi itu semuanya belum sebanding dengan peristiwa yang menimpa Tarumanagara dalam dongeng berikut ini. Pada suatu malam, menyelinaplah sesosok bayangan pria di dalam istana Kerajaan Tarumanagara. Di tangannya terlihat ia memegang sebilah keris. Berjalan mengendap-endap dia kemudian berhasil memasuki kamar pribadi Sang Raja Wisnuwarman. Kelihatannya pria ini ingin menghabisi nyawa sang raja. Mendekati ranjang sang raja, pria jahat ini menghentikan langkahnya. Tangan dan lututnya mulai bergetar. Di depannya tampil sebuah pemandangan yang membangkitkan gairahnya. Tampak di ranjang, Sang Raja Wisnuwarman yang badannya gagah dengan wajah tampannya sedang tertidur lelap dengan sang permaisurinya yang cantik. Keduanya tertidur lelap tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Sebenarnya sih sah-sah saja pemandangan ini terjadi, wong mereka berada di kamar pribadinya kok he..he...Lagi pula wajar saja tidur dalam kondisi seperti ini daerah tropis yang panas. Yang harus disalahkan ya orang asing yang nyelonong masuk kamar orang lain itu, dasar tidak tahu sopan santun he..he.... Konon, permaisuri raja ini sangat cantik tiada duanya, bertubuh sempurna bagaikan bidadari turun ke bumi. Namanya Suklawarmandewi, adik seorang raja di India. Mungkin dia mirip seperti Aiyswhara Baychacan, artis Bollywood yang cantik itu ya he..he... [caption id="attachment_264039" align="aligncenter" width="259" caption="Aishwarya Baychacan (sumber foto: www. roboage.wordpress.com)"][/caption] Demikianlah sang pria penyusup itu menghentikan langkahnya, pikiran kotor mulai memenuhi otaknya. Tercatat dalam pustaka bahwa sang pria ini ternyata sudah lama tidak bertemu dengan isterinya dan di satu sisi dia ternyata juga pria yang suka jajan di luar. Alih-alih ingin membunuh sang raja, pikiran mesum menguasainya untuk mendekati sang permaisuri. Tiba-tiba karena tangannya saking bergetar, keris yang dipegangnya terjatuh. Dan secepat kilat, seperti dalam film laga mandarin, Sang Wisnuwarman terbangun dan dengan sigap menangkap pria penyusup itu. Jadi jangan terlalu diumbar kepada umum kalau seorang pemimpin sering mendapatkan ancaman maupun teror, enggak sekarang saja, dari dahulu resiko sebagai pemimpin ya seperti itu. Benar enggak ? he..he...Singkat cerita, pria penyusup ini kemudian diserahkan kepada pasukan pengamanan presiden eh raja. Lalu keesokan harinya penyusup ini dihadapkan pada sidang kerajaan. Dengan rasa malu dan takut, pria ini meminta ampun kepada sang raja dan mengaku bahwa ia disuruh oleh sebuah komplotan yang ingin menggulingkan Wisnuwarman. Pemimpin komplotan ini adalah Cakrawarman, adik Purnawarman yang berarti paman Wisnuwarman sendiri. Tampaknya dia bernafsu ingin menggantikan kakaknya untuk menjadi raja, karena itu betapa sakit hatinya dia saat melihat keponakannya, Wisnuwarman, yang naik tahta. Ikut dalam komplotan jahat ini adalah Panglima Perang Sang Dhewaraja, juga Komandan Paspampres bernama Sang Hastabahu. Seorang perwira tinggi Angkatan Laut bernama Sang Kudasindu serta seorang menteri bernama Sang Bayutala juga terlibat dalam komplotan ini. Tampaknya komplotan mereka ini benar-benar niat untuk menyingkirkan sang raja dari tahtanya. Sayang upaya mereka ini terbongkar oleh pria berotak mesum yang telah gagal melaksanakan tugas asasinasinya he.he.. Demikianlah, sang pemberontak akhirnya melarikan diri dari ibukota kerajaan. Mereka pergi ke arah timur dengan maksud minta perlindungan pada sebuah kerajaan daerah. Tapi sang raja mandala (raja daerah) mengusir mereka karena tidak mau terlibat dalam urusan pemberontakan itu. Kemudian gerombolan pemberontak ini terlunta-lunta di sebuah hutan di Kerajaan Indraprahasta, sebuah kerajaan daerah yang masih menjadi bagian dari Tarumanagara. Karena itulah kemudian terjadilah pertempuran seru antara pasukan Kerajaan Indraprahasta dengan gerombolan pemberontak itu. Bisa ditebak, gerombolan pemberontak itu bisa dihancurkan dengan cepat, demikian pula seluruh tokoh-tokohnya dibunuh dalam pertempuran itu. Saya membayangkan, kisah ini mirip dengan pemberontakan DI/TII di bawah pimpinan Kartosuwiryo dulu. Mereka juga berjuang dari kampung ke kampung di Jawa Barat, dari hutan ke hutan sampai kemudian bisa dihancurkan oleh TNI beserta rakyat Jawa Barat. Pesan moral dari kisah ini adalah berhati-hatilah dengan perempuan, hormatilah mereka dengan sungguh-sungguh, karena tanpa disadari pikiran Anda bisa terbelokkan oleh mereka he...he.... [caption id="attachment_264041" align="aligncenter" width="190" caption="Ken Dedes (sumber:www.awidyarso65.wordpress.com)"][/caption] Perkara yang mirip juga akan terjadi hampir seribu tahun setelah kisah ini, yaitu saat Ken Arok berjumpa dengan Ken Dedes sehingga pikirannya terbelokkan untuk membunuh Tunggul Ametung, suami Ken Dedes, dan kemudian mengambil alih tahta kerajaan. Perkara yang melibatkan perempuan juga akan terjadi ratusan tahun setelah peristiwa Ken Arok - Ken Dedes, yaitu saat Raja Hayam Wuruk ingin menikahi Dyah Pitaloka dari Kerajaan Pajajaran, tapi gagal karena ulah Mahapatih Gajah Mada dalam tragedi Perang Bubat. Jadi pesan saya sekali lagi.....hormatilah perempuan.     Sumber literatur: Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa   (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 21 September 2010)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun