Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

L’histoire se Repete (6): Kita Pernah Dijajah Perancis Lho

9 Maret 2010   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32 910 0

Gara-gara dulu pelajaran sejarah diajarkan oleh guru dengan cara dan gaya yang tidak mengenakkan (soalnya masa kecil ada di Masa Orde Baru yang pelajaran sejarah-nya agak dibelok-belokkan seturut dengan keinginan penguasa), saat sekolah saya tidak terlalu suka dengan sejarah.

 

 

Tapi ketika umur semakin bertambah, sejarah menjadi hobi saya saat ini. Sudah sekian puluh buku sejarah yang saya beli dan saya baca, beberapa di antaranya didapat dengan harga murah dan dari pasar buku loak. Dan ternyata banyak fakta-fakta sejarah yang tidak pernah diungkap dengan terang dan jelas sehingga banyak orang yang tidak tahu fakta sebenarnya. Saya yakin Anda juga sama dengan saya. Nah, percayakah Anda bahwa kita sebenarnya pernah dijajah oleh Perancis lho. Tidak percaya ?! Ceritanya seperti ini.

 

 

Ketika VOC menuju pada kebangkrutannya di tahun 1799, di Eropa terjadi pergolakan yang turut menentukan nasib Nusantara (sayang raja-raja Nusantara saat itu begitu angkuh, egois dan bodoh, mereka tidak mampu memanfaatkan situasi ini untuk memerdekakan diri hik...hik...). Negeri Belanda telah dicaplok oleh Perancis dan menjadi bagian dari Kerajaan Perancis dengan Napoleon Bonaparte sebagai kaisarnya. Raja Belanda, Willem V, akhirnya melarikan diri ke Inggris. Sebagai raja Belanda sekaligus komisaris utama VOC, dia membuat tindakan agar jajahan VOC tidak jatuh ke tangan Perancis. Karena itu dia membuat perjanjian dengan Inggris, bahwa selama perang dengan Perancis, semua jajahan VOC atau Belanda akan berada di bawah pemerintahan Inggris. Dan bila perang usai akan dikembalikan ke Belanda.

 

 

Sementara itu di tahun 1806, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menginginkan agar Belanda lebih dekat ke Perancis. Karena itu ia membuat kerjaan di Belanda dengan nama De Bataafse Republik, dan mengangkat kakaknya sendiri, Lodewijk sebagai raja. Raja Lodewijk yang berkuasa di Holland, tentu saja juga berkuasa di jajahannya di Nusantara. Karena itulah sebenarnya kita pernah dijajah Perancis dalam era Napoleon Bonaparte ini.

 

 

Merujuk pada fakta sejarah, VOC di Nusantara ada dalam keadaan lemah dan bingung pada masa-masa itu. Karena mereka bingung mau berkiblat ke mana. Kepada raja yang sudah kehilangan negara atau kepada De Bataafse Republik. Sayang kesempatan emas ini tidak dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan kuat Nusantara untuk mengambil alih Nusantara. Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta adem ayem saja, terus berperang sendiri memperebutkan kekuasaan antar saudara. Demikian pula kerajaan di Sumatera, di kalimantan, Sulawesi, maluku, Bali yang saling bertikai antar mereka sendiri. Apes deh, punya nenek moyang seperti ini he...he...

 

 

Kekuasaan Perancis atas Belanda akhirnya berbuah keputusan untuk mengirimkan seorang marsekal dalam pasukan Napoleon yang bernama Daendles untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Saya akan ceritakan tentang Daendels ini di tulisan berikutnya ya, harap bersabar he..he...

 

 

Pengaruh budaya Perancis sangat kentara sekali di Indonesia sampai saat ini, bahkan tanpa kita sadari. Konon, pakaian sultan Yogya dan Surakarta yang kita lihat sekarang adalah diinspirasi oleh kekaguman sang sultan kala itu terhadap pakaian kebesaran Gubernur Jenderal Daendels. Parade prajurit kraton Yogya atau Jawa juga sangat mirip dengan parade militer Perancis di Arch de Triumph setiap tahunnya.

 

 

Konon, ada orang kuat berdarah Spanyol yang diberi gelar bangsawan di Paris, namanya Don Lopez comte de Paris. Kata prajurit-prajurit Perancis, orang kuat Spanyol tersebut mampu menggotong sendiri batang-batang pohon yang besar dengan mudah. Karena itulah saat pembangunan Jalan Daendles Anyer Panarukan, para penjaga Perancis memerintahkan para pekerja rodi untuk selalu menyerukan nama orang kuat tersebut saat bekerja untuk mendapatkan kekuatannya. Tapi dasar lidah Jawa, karena repot melafal nama asing tersebut, terucaplah Ho Lopis Kuntul Baris he..he...Bung Karno kemudian memanfaatkan kalimat ini untuk menggambarkan semangat gotong royong.

 

 

Banyak kata-kata Perancis yang kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia gara-gara penjajahan Perancis saat itu. Kerja Rodi (dari kata ordre – perintah, atau ordure -sampah/kotoran). Maling (dari kata malin – jahat). Caping (dari kata chapeau – topi). Mas Galak (dari kata Maarschalk). Sado (dari kata dos a dos, duduk saling memunggungi). Zaman Meleset (dari kata malaise - sulit).

 

 

Contoh-contoh lainnya adalah gerilya, bivak, restoran, desertir, ajudan, sabotase, intrik, karoseri, sopir, semuanya berasal dari Bahasa Perancis.

 

 

Jadi percayakah Anda sekarang kalau kita pernah dijajah Perancis ?

 

 

 

 

 

Sumber kepustakaan:

  1. Peperangan Kerajaan di Nusantara: Penelusuran Kepustakaan Sejarah, Capt. RP Suyono, Grasindo, Jakarta 2003.
  2. 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing, Alif Danya Munsyi, KPG Jakarta, 2003

 

 

Sumber ilustrasi:

1. http://sasukefernandez.wordpress.com/2009/03/30/napoleon-bonaparte/

2.http://www.landenweb.net/Nederland/geschiedenis/

 

 

Artikel terkait:

1.http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/08/l%e2%80%99histoire-est-repete-5-sejak-kapan-nusantara-belajar-korupsi/

2.http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/05/l%e2%80%99histoire-est-repete-4-benarkah-belanda-menjajah-kita-selama-350-tahun/

3. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/21/l%e2%80%99histoire-est-repete-3-kekuatan-sumpah/

4. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/03/l%e2%80%99histoire-est-repeate-2/

5. http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/23/l%e2%80%99histoire-est-repeate-1/

 

 

 

(Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 9 Maret 2010)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun