Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Ibn Maskawayh Kegelisahan Jiwa di Era Modernisai

6 April 2020   17:34 Diperbarui: 6 April 2020   17:33 37 0
Dewasa ini, arus modern banyak sekali membawa perubahan dan kemajuan yang berarti
bagi manusia salah satunya teknologi. Dengan munculnya teknologi masyarakat semakin
dimudahkan dalam melakukan hal yang mereka kerjakan. Salah satu teknologi yang makin
berkembang adalah teknologi informasi, yang berdampak pada mudahnya perolehan informasi
lewat piranti komputer atau laptop, smartphone, yang bisa dikoneksikan dengan Internet,
televisi juga berperan besar dalam hal ini.
Pada era modern ini banyak sekali informasi kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia,
dan seluruh dunia. Hal tersebut terpicu oleh berbagai masalah. Mulai dari sesuatu yang kecil,
hingga sesuatu yang rumit dan melibatkan kepentingan orang banyak. Kasusnya pun
beragam, mulai dari pertikaian antar teman hingga peperangan antar negara. Seperti sekarang
ini banyak orang yang sukses tapi tidak bahagia. Pangkat tinggi, uang banyak, harta
melimpah tapi jiwanya selalu diliputi keresahan. Di dalam masyarakat sedang terjadi cultural
shock atau kejutan-kejutan budaya. Tetangga beli mobil baru, membuat kaget tetangganya
yang lain. Teman kerja di kantor dinaikkan pangkatnya, dibuatnya bingung? Atau mungkin
diturunkan jabatannya?, dibuatnya stres. Akhirnya banyak orang yang mengambil jalan pintas,
bunuh diri. Perlu diketahui juga bahwa sekarang semakin banyaknya anggota masyarakat
yang mengkonsumsi narkoba mengindikasikan semakin tingginya tingkat keresahan jiwa
masyarakat.

Nama lengkap Ibn Maskawayh yaitu Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya'kub Ibnu Maskawayh. Nama maskawayh diambil dari nama kakeknya yang beragama Majusi lalu masuk agama Islam. Gelar Abu Ali didapat dari sahabat Nabi Muhammad S.A.W yang bernama Ali Bin Abi Tholib.

Ibnu maskawi mengedepakan ajaran suluk jiwa ataupun kebatinan yakni hati yang bersih,
Pemahaman yang beragam dalam memahami eksistensi jiwa ini juga dalam
rangka memahami kebenaran Mutlak yaitu Sang Pencipta. Maka ketika
seseorang memahami dirinya--yaitu jiwa beserta seluruh yang ada pada diri
manusia- maka ia akan mengenal TuhanNya. Ibn Maskawih dalam kitab
Tahzib al-Akhlaq, menggambarkan bagaimana bahwa jika daya-daya jiwa
manusia bekerja secara harmonis dan senantiasa merujuk pada akal dapat
melahirkan perbuatan-perbuatan moral yang akan menguntungkan bagi
manusia dalam kehidupannya di dunia. Stabilitas fungsi daya-daya jiwa ini
pun sangat tergantung pada faktor pendidikan yang sedemikian rupa akan
membentuk tata hubungan fungsional daya-daya jiwa dalam membuat
keputusan-keputusan yang memang diperlukan manusia dalam
merealisasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dan oleh karena
penjagaan kerja akal agar selalu berjalan sesuai dengan naturalnya
merupakan prasyarat bagi perwujudan nilai-nilai moral, maka
pembinaannya merupakan suatu kemestian dalam dunia pendidikan, dan
dari gambaran pemikiran Ibn Maskawih, maka Sripsi ini membahas tentang
Pemikiran Ibn Maskawih Tentang Jiwa.
Peneliti menyimpulkan dari penelitian yang dilakukan, bahwa
Konsep Jiwa menurut Ibn Maskawih ini secara umum berusaha mencoba
mengungkap hal-hal penting dari pemikiran intelektual Islam klasik, bagi
Ibn Maskawih, jiwa adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan sebab
kematian jasad. Ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi. dan akan hidup
selalu. Ia tidak dapat diraba dengan pancaindera karena ia bukan jisim dan
bagian dari jisim. Sebagai subtansi sederhana yang tidak dapat diindera oleh
salah satu alat indera. Manusia menurut Ibn Maskawih mempunyai tiga
kekuatan yang bertingkat- tingkat sesuai dengan urutan sebagai berikut: Al-
Nafs al- Bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk, manusia mempunyai
sifat-sifat; ujub (pongah), sombong, mengolok-olok, penipu dan hina dina.
Al Nafs al- Sabu'iah (nafsu binatang buas) yang sedang. Al Nafs al-
Nathiqah ( jiwa yang cerdas) yang baik, manusia mempunyai sifat-sifat
yang adil, harga diri, berani, pemurah, benar dan cinta Sifat buruk dari jiwa
telah mempunayai kelakuan berani baik, pengecut, ujub (ponggah),
sombong, suka olok-olok, penipu. Pada era modern, masyarakat sedang
terjadi cultural shock atau kejutan-kejutan budaya, yang di mana dalam
pemikiran Ibn Maskawih, telah dijelaskan, apabila seorang manusia tidak
bisa mengendalikan apa yang terjadi diera modern ini, yang di mana
banyak sekali pemberitaan tentang kejahatan moral di media massa, dari itu
manusia secara tidak langsung sudah dapat mengira baik buruknya suatu
perbuatan, dan baiknya perilaku manusia tergantung pada pengendalian jiwa
manusia

Pembahasan mengenai jiwa menurut Filosof Yunani sangat mempengaruhi defenisi dan
arah pembahasan jiwa oleh filosof Muslim kemudian. Tapi walaupun demikian, filosof
muslim muncul dengan ciri khas tertentu yang mengkomparasikan antara filsafat Yunani dan
Al-Quran. Pembahasan jiwa filsosof muslim, masih banyak relevansinya dengan
perkembangan jiwa dalam psikologi kontemporer, Mungkin hal inilah yang mendasari
kegairahan untuk membahas fenomena jiwa dalam Islam yang dianggap sebagai alternative
akhir dalam penanganan kelainan jiwa.
Selanjutnya pemikiran Ibnu Miskawaih telah mempengaruhi seorang hujjatul Islam Imam
Al-Ghazali (450 H -- 520 H/ 1058 M -- 1128 M), yang tidak diragukan lagi pikiran-pikiran
beliau dan bertebaran dalam karya-karya beliau yang cukup banyak dan terkenal di seluruh
dunia terinspirasi oleh Ibn Miskawaih dalam pembahasannya tentang etika yang juga
merupakan cabang dari filsafat, dan yang mempengaruhi pemikiran al-Ghazali dalam hal
konsep jiwa manusia, konsep jalan tengah, dan landasan untuk meraih jalan tengah. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa keterpengaruhan pemikiran-pemikiran Ibn Miskawaih
secara tidak langsung terletak dalam konsep jiwa.

Jiwa atau ruh menurut bahasa sang sekerta adalah "benih kehidupan"  sedangkan menurut  kamus besar Indonesia adalah (yang ada di tubuh yang menyebabkan seseorang orang hidup). Lalu apakah seorang muslim yang mengaku terdidik masih punya rasa rakus dan ingin menguasai?  Tidak, karna menurut  ibn miskawih jiwa adalah suci dan bersih. Maka, pemuka agama yang koruptor,  pemuka agama yang menciptakan kegriduan maka mereka adalah sama seperti binatang yang selalu ingin kawin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun