Jika kita melihat pemberitaan-pemberitaan media mengenai profil Bahlil Lahadalia, maka kita akan menemukan kesamaan di hampir semua judul beritanya. Yakni mengenai masa lalu Bahlil yang adalah anak tukang cuci, anak tukang bangunan, pernah jadi penjual kue, kondektur angkot, supir, pernah menderita busung lapar, dan hal-hal lain yang identik dengan kesusahan hidup.
Di Indonesia memang selalu seperti itu. Ketika ada tokoh yang namanya mencuat ke permukaan karena prestasi, maka yang jadi perhatian selalu cerita kesusahan hidup dari tokoh bersangkutan.