Kurenungkan sejenak betapa hitamnya hati budak-Mu ini Wahai Sesembahanku. Sampai kapan semuanya ini akan terus berjalan? Apakah sampai Izra'il menjemputku? Terkadang aku berfikir apakah aku bisa terbangun dari tidurku ini yang telah membawaku kepada satu mimpi yang putih. Laksana jubah.
Bukan pesimis yang aku mau, tapi optimis yang aku mau. Bukan pula fiktif yang aku harapkan akan tetapi fakta yang akuharapkan. Yang pasti aku masih berjalan pada telapak kakiku sendiri, bukan berpijak di atas telapak kaki orang lain. Karena kutahu yang kumau.