Covid-19 membuat banyak hal menjadi 'tiba-tiba dan tak terduga.' Tiba-tiba kehilangan suami, isteri, anak, anggota keluarga, atau pun orang yang dikasihi. Bahkan, saat kehilangan dan kepergian tersebut, tak mampu ada di barisan pelayat dan sisi nisan. Juga, Covid-19 menjadikan tak sediki orang merubah dan kehilangan orientasi hidup serta kehidupannya; juga tak sedikit yang kehilangan keketegaran, keangkuhan. Kemudian, menyadari bahwa dirinya adalah manusia lemah dan tak berdaya.
Semua sikon di atas, ternyata, juga membuat banyak orang 'terbit' empati dan simpati yang menembus sekat-sekat perbedaan SARA. Sehingga perbedaan-perbedaan tersebut bukan lagi menjadi penghalang untuk saling memperhatikan, menolong, membantu, dan berbagi banyak hal.
Dan, yang menariknya lagi, banyak tokoh yang tadinya selalu berseberangan dengan Pemerintah, kini tidak nyinyir alias diamkan diri. Cuma, ada segelintir oknum yang terus-menerus tampil beda; mereka selalu menyampaikan orasi dan narasi yang perlawanan dengan apa-apa yang dilakukan Negara untuk menghadapi Covid-19. Orasi dan narasi beda tersebut, kemudian disebar oleh sejumlah Media dan Buzzer di Medsos; sungguh memprihatinkan.
========
Agaknya, dari sejumlah diskusi virtual di WA Grup, tentang bertambahnya korban Covid-19 di Indonesia, karena informasi salah dan orasi serta narasi beda yang tersebar serta menyebar di area publik.
Bayangkan saja, ada orang-orang seperti ini: jangan lupakan dan tetap ngumpul di tempat ibadah, segera lockdown, ganti Presiden, tetap pulang Kampung, tetap ngumpul-ngumpul, mana Corona saya telan, dan lain sebagainya. Semuanya ini, secara langsung atau tidak, menjadi media penyebaran Covid-19 yang sangat efektif. Tampil beda itulah yang pernah terjadi di Italia, India, dan Amerika Serikat; dampaknya, sudah nyata, terbukti, dan jelas.