Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Luka-luka di Tangan Ibu

2 Juli 2018   08:07 Diperbarui: 2 Juli 2018   08:15 1942 4
Seorang anak muda, baru saja lulus dari Universitas, dan melamar di perusahaan besar. Ia lulus persyaratan administrasi dan tes awal, dan bertemu dengan direktur pada sesi interview terakhir.

Direktur mengetahui bahwa Pemuda di hadapannya memiliki rekab akademik yang baik. Simak percakapan mereka.

Direktur (D), "Apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah?"

Pemuda (P), "Tidak."

D, "Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah?"

P, "Ayah meninggal, ketika saya berumur 1 tahun. Ibu yang membayar kuliah saya"

D, "Dimana ibumu bekerja ?"

P, "Ibu bekerja sebagai tukang cuci."

Direktur meminta Pemuda itu menunjukkan tangannya; ia menunjukkan tangannya yang lembut dan halus.

D, "Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju?"

P, "Tidak pernah, ibu selalu ingin saya belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibu mencuci baju lebih cepat dari saya."

D,  "Saya memiliki permintaan, saat Anda pulang ke rumah hari ini, cuci tangan ibumu. Kemudian, besok bertemu saya di ruangan ini."

Pemuda itu, menyimpan tanya, "Apa maksud Direktur?" Namun, ia berpikir saya pasti diterima bekerja; saya harus lakukan permintaan Direktur.

Tiba di rumah, ia membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk. Pemuda itu, membersihkan tangan ibunya. Airmatanya tumpah.

Ini pertama kalinya, ia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka. Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.

Ini pertama kalinya, ia menyadari bahwa sepasang tangan itu, yang setiap hari mencuci baju agar dirinya bisa sekolah dan kuliah hingga meraih gelar Sarjana.

Dalam hatinya, Pemuda itu menyusun kata, "Luka-luka di tangan ibu merupakan harga yang harus dibayar ibu untuk masa depannya."

Setelah membersihkan tangan ibunya, Pemuda itu diam-diam mencuci semua pakaian yang harus ibunya cuci.

Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.

Ketika pagi, Pemuda itu, dengan semangat, ia  bertemu Direktur. Direktur menyadari ada air mata di mata anak muda di depannya, aura wajahnya berbeda.

D, "Tolomg ceritakan apa yang dilakukan dan pelajari tadi malam di rumahmu?"

P, "Saya membersihkan tangan ibu dan juga menyelesaikan cuciannya"

Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi.

Tanpa ibu, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang.

Dengan membantu ibu, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya.

Saya mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga"

D, "Itulah yang saya cari di dalam diri seorang Manajer.

Saya ingin merekrut seseorang yang dapat mengapresiasi bantuan dari orang lain, seseorang yang  mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yang tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya."

Direktur diam sejenak, menarik napas, seakan semua udara dari dalam tubuhnya keluar, kemudian berkata dengan nada kebapakan dan penuh kasih sayang ke Pemuda, "Kamu diterima. Hari ini, anda langsung bekerja."

Pemuda itu, menahan diri dari ekspresi gembira, dengan naikkan doa dari dalam hati, sambil berbisik, "Mama, terima kasih. Tuhan, saya berterima kasih karena saya dilahirkan dari rahim yang luar biasa."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun