Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Kartini Menyebut Allah sebagai Bapa, Penuh Cinta dan Belaskasihan

21 April 2017   18:35 Diperbarui: 21 April 2020   08:00 287 0
Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Kartini, banyak orang mengenal sosok dirinya melalui "warisan" narasi di ruang kelas sejak TK atau pun SD.  Cerita manis tentang hidup dan kehidupan Kartini, yang tertanam dalam alam pikir banyak orang, terutama perempuan, Indonesia, hanya berkisar pada jerih dan juang untuk kesamaan hak perempuan pada masanya. Dan, durasi hidupnya yang tak lama sebagai isteri dan ibu.

 Namun, di balik itu, sebetulnya Kartini juga merupakan pelopor "membangun kesamaan dan kesejajaran  pemahaman iman antar umat beragama, khususnya Kristen dan Islam.

 Persahabatan real dan korespondensi antara Kartini dengan sahabat-sahabatnta yang berbeda iman, terjadi secara sejajar, bermartabat, saling memahami, temukan kesamaan, namun tak saling memaksa atau meminta agar beralih iman. Sesuatu yang pada masa itu,  merupakan suatu  kelangkaan.

 Pada sikon tersebut, dan bisa menjadi pelajaran di era kekinian, Kartini telah menanam serta menunjukkan bentuk saling menerima serta dialog antar iman, tanpa curiga serta saling menghargai satu sama lain. Teladan yang dibangun dan diperlihatkan Kartini tersebut, agaknya banyak orang melupakannya.

Kembali ke penyebutan Kartini bahwa “Allah sebagai Bapa, penuh cinta dan belaskasihan;" ada kedalaman makna. Kedalaman makna, yang mungkin saja cuma Kartini yang pahami dengan persis.

Namun, jika membaca bahasa percakapan Kromo Inggil, yang merupakan keharusan antara Kartini dan ayahnya, maka sebutana "Allah sebagai Romo" atau Ayah atau Bapa, bukan tanpa alasan.

Kedekatan Kartini dengan romonya, menjadikan ia berimaginasi tentang Allah. Baginya, Kartini, Allah yang tak terlihat itu, juga adalah Sosok yang sangat bermakna bagi anak-anaknya, penuh cinta dan kasih sayang. Allah seperti itulah yang dibutuhkan umat manusia, dan cerminan kecilnya ada pada Sang Romo atau Ayahnya.

 Dengan demikian, Kartini memberikan suatu "pemahaman teologis" yang baru ke orang-orang se zamannya, di lingkungannya, bahwa Allah adalah Sosok yang dekat dan ada untuk semua; Ia  tak terbatas serta universal.

 Ia adalah Sang Khalik yang penuh cinta dan kasih sayang.


 Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun