Summer International Conference
Viet Nam atau sering ditulis Vietnam adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang sedang berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dari tahun ke tahun. Sudah sejak lama saya ingin melihat Vietnam secara langsung tetapi baru tahun 2009 cita-cita tersebut tercapai. Kala itu saya menjadi salah satu discussant dalam seminar internasional dengan tema International Cooperation for Educational Development between Korea and Southeast Asian countries. Seminar ini disponsori oleh Korea Educational Development Institute (KEDI).
Dua hari sebelum acara ini dilaksanakan, saya dan beberapa dosen serta praktisi bisnis dari seluruh Korea yang tergabung dalam Korea Research Academy of Distribution and Management sudah datang ke Vietnam tepatnya di kota Hanoi. Setiap musim panas biasanya para anggota asosiasi ini mengadakan seminar di luar Korea. Menjadi sebuah kehormatan bagi saya sendiri ketika itu dapat mempresentasikan makalah yang berjudul Higher Education as a Trade Services under GATS (General Agreement on Trade in Services) di depan mereka. Pada saat itu saya masih bekerja sebagai asisten peneliti untuk Prof. Lee Sung Jun dari Universitas Woosong, Daejeon yang menjadi ketua dari asosiasi ini.
Sesudah acara seminar ini, saya mempunyai waktu dua hari untuk menjelajahi kota Hanoi sebelum mengikuti seminar lain yang diadakan oleh KEDI. Hanoi yang letaknya di bagian utara adalah ibu kota Vietnam dan merupakan kota nomor dua terbesar di negeri tersebut.Sebelumnya ibu kota Vietnam berada di Ho Chi Minh atau Saigon. Layaknya ibu kota negara berkembang kota Hanoi juga hidup dari pagi sampai malam. Para penduduk mempunyai motivasi yang besar untuk bekerja. Sikap ini dapat kita rasakan ketika kita berjumpa dan berbincang-bincang dengan mereka.
Hanoi yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa menawarkan berbagai macam atraksi pariwisata seperti sejarah, kesenian, dan alam. Memasuki kota Hanoi kita seakan dibawa ke jaman pendudukan Eropa. Bangunan-bangunan berarsitek gaya Eropa terutama Perancis mudah sekali saya temui di sini. Dalam sejarahnya Hanoi pernah menjadi ibu kota French Indochina dari tahun 1902 sampai 1954. Tidaklah mengherangkan banyak orang Vietnam yang pandai berbicara bahasa Perancis.
Perlu waktu kurang lebih 3 jam perjalanan darat dari Hanoi menuju Ha Long Bay. Di dalam perjalanan saya juga bisa melihat keindahan alam Vietnam terutama hamparan padi yang hijau. Hampir sama dengan di Indonesia, Vietnam juga mengandalkan pertanian sebagai sektor andalan mereka. Salah seorang rekan saya yang berasal dari Vietnam mengatakan bahwa mereka ingin meniru Indonesia yang maju dalam bidang pertanian. Kesempatan ini baru terbuka setelah mereka mulai membuka diri ke dunia internasional.
Nama Ha Long Bay diberikan oleh penduduk setempat atas jasa pengorbanan ibu naga dan anak naga yang telah berjuang mengusir musuh yang menyerang Vietnam. Masyarakat Vietnam percaya bahwa bangsa mereka berasal dari naga. Kala itu, kedua naga ini dapat membinasakan musuh dan menengelamkan mereka di teluk tersebut. Senjata yang mereka gunakan adalah batu zamrud. Batu-batu zamrud tersebut menjadi penghalang bagi musuh untuk masuk ke Vietnam. Setelah beberapa lama baru zamrud menjadi batu-batuan yang beraneka ragam dan bentuk dan jumlahnya kurang lebih mencapai 2,000 buah.
Saya begitu terkesan ketika masuk ke dalam kapal. Kapal yang dapat mengangkut kurang lebih sekitar 70 orang ini dilengkapi dengan ruang tamu yang luas, bar, dan fasilitas hiburan. Dari ruang tamu para penumpang dapat melihat pemandangan langsung Ha Long Bay. Sedangkan di bar dapat kami temui berbagai jenis minuman dan buah-buahan. Kamipun dapat mengunakan fasilitas karaoke di kapal. Rombongan kami sengaja menyewa khusus kapal tersebut. Saya sendiri memilih duduk di paling pinggir untuk menikmati angin musim panas yang masuk di sela-sela jendela kapal.
Sesudah siap kapal mulai berangkat. Pemandu kami menjelaskan sejarah mengenai Ha Long Bay dan juga tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Biasanya para pengunjung di sini melakukan tiga hal yaitu berkunjung ke beberapa gua dan pergi ke pantai. Mereka dapat melakukannya selama sehari atau bahkan menginap di dalam kapal. Kami sendiri hanya mempunyai waktu sehari dan berkunjung ke dua tempat yaitu ke Sung Sot Cave atau Cave of Suprises dan pulau Titop.
Melihat Keindahan Cave of Surprises
Perjalanan dari dermaga menuju ke Sung Sot Cave / Cave of Surprises kami lalui dengan gembira. Kami makan berbagai macam seafood, minuman, serta buah-buahan. Selain itu beberapa rekan saya juga menyanyi bersama-sama di dalam kapal. Bagi saya inilah waktu terbaik untuk berbaur dan membina persaudaraan dengan para pengajar dan juga beberapa teman yang baru saja saya kenal. Saya sudah tidak canggung lagi untuk mengobrol dengan mereka semua. Suasana siang tersebut begitu santai dan sangat akrab.
Di Ha Long Bay kita dapat jumpai pulau-pulau baik itu yang sudah biasa dikunjungi oleh orang maupun yang masih belum dijamah. Cave of Surprises adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berlayar menjelajahi Ha Long Bay. Setelah berlayar selama dua jam kami sampai ke Cave of Surprises yang terletak di pantai Bo Hon di tengah-tengah Ha Long Bay. Nama gua ini berasal dari kesan orang-orang yang pernah berkunjung ke tempat ini. Biasanya mereka sangat terkesan dan terkejut dengan apa yang mereka lihat dan temui di tempat ini.
Pulau Titop yang Menawan
Pemandangan indah terhampar di depan mata saya ketika sampai di pulau Titop. Pulau ini dinamai Titop untuk menghormati astronot Ti Top yang berasal dari Rusia ketika berkunjung ke pulau ini pada tahun 1962. Bentuk pulau ini juga sangat khusus menyerupai bulan bintang. Nampak beberapa orang sedang bermain di pantai berpasir putih di pulau ini. Kami perlu berganti kapal kecil untuk mengelilingi pulau Titop. Kapal kecil yang memuat delapan orang dengan lincah menjelajah di tengah batu-batuan besar di Ha Long.
Kami semua sangat menikmati perjalanan ini dan dapat melihat dari dekat batu-batuan ini dengan jelas. Batu-batuan ini nampak berdiri kokok diterpa air ombak kecil yang menghantam dengan perlahan. Pembentukan batu-batuan ini telah mengalami proses evolusi berjuta-juta tahun dengan kondisi dan lingkungan berbeda. Saat ini batu-batuan ini juga menciptakan biodiversity baru termasuk tropical evergreen, oceanic, dan sea shore biosystem. Saat ini Ha Long Bay menjadi tempat endemik 14 jenis flora dan 60 fauna. (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Ha_Long_Bay)
Sesudah mengelilingi pulau Titop, kami semua mulai mendaki bukit yang berada di situ. Tujuan kami adalah melihat Ha Long Bay dari bukit. Bukit tersebut tidaklah terlalu tinggi tetapi kami harus berhati-hati karena tangga jalanan yang terjal dan licin. Setelah mendaki kurang lebih empat puluh lima menit sampailah kami di puncak bukit. Pemandangan begitu “spektakular” di depan mata saya. Kapal-kapar berlayar di tengah-tengah Ha Long Bay yang berwarna hijau di bawah langit biru musim panas. Setiap orang seakan tidak sabar mengabadikan keindahan alam ini dengan kamera yang mereka bawa.
Perjalanan ke Dermaga Ha Long
Di dalam kapal menuju ke dermaga, semua rombongan nampak kelelahan. Beberapa peserta nampak terlelap tidur. Beberapa kapal kecil mendekati kapal kami. Mereka adalah para pedagang buah-buahan yang berada di sekitar Ha Long Bay. Akhirnya, saya membeli beberapa buah untuk saya nikmati dengan teman-teman yang lain. Semilir angin yang berhembus di jendela kapal membuat saya mengantuk dan akhirnya terlelap tidur.
Ha Long Bay, adalah sebuah harta yang tidak ternilai harganya. Sudah sewajarnya bagi kita semua untuk terus menjaga kekayaan alam ini untuk masa depan kita bersama.