Ide pokok tulisan ini mulai menjalar ketika dosen filsafat (ilmu komunikasi) saya melempar sebuah retorika kepada mahasiswa yang hadir. Kira-kira bunyinya seperti ini “Sekarang, mana yang lebih kaya (secara materi), perusahaan multinasional atau Indonesia?” Katanya dengan mata berbinar dan senyum mengembang. Masalahnya adalah memang (saya) tidak ada data kuantitatif yang menguatkan kalau Indonesia secara finansial lebih miskin dibanding perusahaan multinasional macam Freeport, Chevron, Microsoft, Starbucks, McDonald, dan sebagainya.
KEMBALI KE ARTIKEL