Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor Pilihan

Humor: Murdok dan Dokter

29 November 2020   21:23 Diperbarui: 29 November 2020   21:41 223 36
Murdok mendapat pengalaman berharga. Sekaligus menyenangkan. Dia baru saja berhasil membantu proses persalinan di sebuah pasar.

Seorang ibu muda yang sedang hamil tua, mendadak mengeluhkan sakit yang luar biasa pada bagian perut. Baru akan diantar ke rumah sakit, selaput air ketuban sudah pecah dan sang calon ibu langsung rubuh.

"Bayinya akan lahir..bayinya akan lahir..," teriak seorang ibu dengan sigap turut mengulurkan bantuan. Suasana saat itu sedang ramai. Pandemi Covid belum tenar.

Hanya dengan sekali panggilan, "Dok!" oleh seorang kawan lama yang saat bersamaan ada di tempat kejadian, Murdok langsung beralih profesi. Menjadi seorang dokter. Tidak main-main. Langsung dokter kandungan.

Mendengar panggilan itu, ibu-ibu ditempat kejadian, langsung menoleh ke arahnya.
"Dokter ya?" tebak beberapa di antaranya dengan serempak sambil setengah menuding ke arah Murdok.

"Oh..ini benar-benar kuasa Tuhan..Tuhan Maha Penolong," ujar seorang ibu setengah baya. Belum sempat memilih dan memanjat doa, rupanya Tuhan sudah mengirimkan bantuan.

Padahal saat itu Murdok sudah da-da-da-da. Sudah menggelengkan telapak tangan dan mundur selangkah. Namun begitu mendengar ada yang menyebut kata 'Tuhan', mulutnya tidak berani berkata tidak.
"Ada Tuhan membantu," demikian cepat pikirannya bersimulasi. Walau banyak kekurangannya, Murdok terbilang orang yang taat menjalankan perintah agama.

Bukankah di setiap akhir sumpah jabatan presiden Amerika, selalu terselip kalimat 'Jadi..tolonglah aku Tuhan'? Walau orang yang terpilih belum pernah menjadi presiden. Itulah rupanya yang membuat segala kekurangannya selama ini, minggir memberi jalan maju untuk sang Murdok bak presiden Amerika. Dan lagi suara dukungan sudah membulat.

Apalagi terdengar suara kawan lamanya berseru lantang, "Hayo Dok..cepat bantu..ini kesempatanmu...kapan lagi?"

Proses persalinan mendadak itu berlangsung menegangkan. Ibu-ibu segera membuat pagar betis. Memberi suasana nyaman dan sedikit privasi. Beberapa lainnya mengusahakan alat-alat darurat. Hanya Murdok dan dua orang ibu yang langsung menanganinya.

Selang beberapa lama, terdengar suara ambulan memasuki area pasar. Rupanya sudah ada yang menghubungi pihak rumah sakit. Dua orang petugas kesehatan berlari menghampiri.

Kemudian, "O..O..Oeeekk....oeekkkk..," terdengar nyaring suara bayi.

Tepuk tangan bergemuruh. Murdok keluar dari kerumunan ibu-ibu. Memberi kesempatan dua orang petugas kesehatan melanjutkan sisa kerjanya. Tangannya berlumuran darah. Seseorang menyodorkan seember air, "Silakan Dok."

"Wah..hebat kau Dok..rupanya kau sudah jadi dokter. Padahal terakhir aku dengar kau sekolah di STM," sapa sang kawan sesaat setelah ucapan selamat dan terima kasih mereda. Sang kawan adalah bekas kawan SD. Sebangku pula.

"Yaah..begitulah seperti kau lihat sendiri. Kau sendiri sekarang bagaimana? Kerja di mana? Ngapain ada di sini? Bukannya sudah sukses di kota besar?" sahut Murdok lancar jaya. Setengah bingung setengah bangga.

"Hehe..aku belum ada apa-apanya. Baru bulan kemarin wisuda. Ini datang ke kotamu sedang ngurus surat tugas."

"Oh ya? Tugas apa?"

"Dokter jaga. Maklumlah dokter baru. Beda dengan kau..cepat, tangkas dan berani. Kau masih ingat saat mencuri mangga di belakang sekolah dulu?"

Murdok terpana. Mulutnya terkatup rapat.
"Oh Tuhan...apalagi ini?" gumamnya berusaha tenang. (*)


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun