Ibu mulai gusar, kepalanya penuh cemas yang melebar. Tetangga ditanya penuh cecar. Ibu segera menuju ke pasar. Menjumpai penjual di selasar. Jualan barang-barang memoar. Bapak biasanya menjadikan tempat itu alasan kesasar. Padahal berulangkali membuat gusar. Esoknya diulangi lagi, seperti bola putar.
Benar saja, sepeda bapak ada di sana. Ibu semakin giat mencarinya. Beberapa penjual menunjukkan bapak berada. Pada warung nasi pecel bapak bercengkerama. Menikmati peyek, tahu goreng dan kopi tak bergula. Penjual nasi pecel masih muda. Tapi bukan itu alasan bapak berlama-lama. Bapak sebenarnya bingung dan malu bertanya. Ia lupa dimana memarkir sepedanya.