Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

REVOLUSI JAGUNG DAN BAHAYANYA BAGI KESEHATAN

30 Maret 2012   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16 20318 2

Masalah yang satu ini telah luput dari pengamatan mayoritas masyarakat dan ternyata merupakan suatu kejadian yang begitu dahsyat dan berdampak pada ekonomi dunia, politik, perdagangan dan akhirnya kesehatan masyarakat.

Produksi jagung di benua Amerika berlipat ganda dalam 10 tahun terakhir dimana Amerika Serikat merupakan Negara produsen yang paling dominan. Produksi yang tinggi ini ditunjang oleh penggunaan benih GMO [transgenic] jagung yang diproduksi oleh Monsanto; teknik penanaman jagung secara mekanis sudah lebih produktif; meningkatnya permintaan bahan makanan asal jagung didunia sebagai akibat diversifikasi pemanfaatan jagung; konversi lahan pertanian dari jenis pangan lain menjadi lahan jagung lebih besar dan terakhir adalah adanya subsidi ekspor yang sangat besar bagi petani jagung didalam perdagangannya. Sebagai gambaran saya menunjukkan produksi dan konsumsi pada tahun 2010 untuk beberapa produksi negara penghasil terbesar didunia dan saya cantumkan Indonesia sebagai pembanding.

Gambaran diatas sebenarnya belum menceritakan cerita sebenarnya. Bila anda lihat konsumsi USA yang berjumlah 276 Juta Ton, maka sebenarnya itu bukan dikonsumsi langsung oleh rakyatnya, namun dikonsumsi oleh industri pangan yang kemudian dieksport keluar negeri [Rakyat China yang 1,3 milyar orang saja hanya mengonsumsi 159 Juta ton]. Industri ini bisa saja industri daging, atau gula jagung dalam bentuk produk jadi atau semi jadi. Sisa produksi USA yang terlihat 55 Juta Ton disana untuk eksport adalah dalam bentuk butiran jagung [umumnya mayoritas untuk pakan ternak] , sedangkan jumlah eksport sebenarnya diperkirakan lebih besar dari 100 Juta Ton dalam bentuk pangan jadi atau semi jadi. Untuk Indonesia, setiap tahun kita melakukan import jagung butiran antara 0 – 3 Juta Ton, tergantung produksi.

Tanpa terasa kita terjebak didalam dunia yang didominasi oleh produk jagung. Kita bisa perhatikan bagaimana jagung telah menjadi konsumsi utama didalam kehidupan modern. Untuk sarapan pagi, produk Cereal yang mayoritas adalah jagung menjadi sarapan modern, termasuk semua jenis sarapan cepat saji lainnya. Gula jagung [corn fructose] sekarang telah menggantikan semua gula yang digunakan untuk mayoritas industri makanan dan minuman. Semua minuman ringan menggunakannya dan semua pemanis bagi makanan menggunakannya, menggantikan gula tebu [sucrose], madu, molase. Gula jagung ini lebih manis 5 kali lipat dari gula tebu dan 60% lebih murah. Tidak ada yang dapat bersaing dengan gula yang satu ini. Bila anda memakan daging pada saat ini, maka setidaknya anda sudah mengonsumsi jagung 75% nya yang telah diproses menjadi daging. Semua feed stock atau bahan makanan ternak ayam, sapi, babi dan livestock lainnya sekarang ini berbasis jagung. Jadi kalau anda makan daging, maka sebenarnya anda sedang makan jagung. Bagimana produk lain? Jumlah yang besar lainnya adalah produk yang berasal dari tepung jagung, jang setelah dicampur dan dikemas akan menjadi berbagai produk yang telah menggeser tepung gandum, beras dan jenis tepung lainnya. Para pelaku Industri di USA secara agresif melakukan diversivikasi penggunaan jagung agar permintaan akan jagung tetap meningkat. Dalam 20 tahun kedepan, bila revolusi ini terus berjalan maka mayoritas manusia modern adalah manusia-jagung atau corn-man.

Pertanyaan penting adalah, apakah harga jagung cukup murah disana sehingga dapat di export? Kalau dibandingkan dengan Negara maju lainnya katakanlah di Jepang, maka memang lebih murah, karena penggunakan mekanisasi dalam skala luas memang akan memperkecil harga produksi. Namun bila dibandingkan dengan harga di negara ketiga maka harganya jelas lebih mahal, karena harga tenaga manusia masih lebih murah daripada mekanisasi. Lalu mengapa USA misalnya bisa mengeksport jagung mereka ke Indonesia. Jawabannya adalah SUBSIDI. Subsidi harga jagung disana merupakan salah satu subsidi yang paling terbuka didunia. Pemerintah menentukan harga patokan ekspor jagung [yang diselaraskan dengan harga jual dalam negeri] dan kemudian bila petani melakukan ekspor, dia berhak mendapatkan selisih harga domestik dan ekspor dalam bentuk kupon yang dapt diuangkan di bank. Sebagai contoh nyata, bila harga pasar domestik untuk jagung katakanlah Rp 2.500/Kg, sedangkan harga export [yang harus lebih murah dari harga domestik dinegara tujuan] misalkan Rp 1.300, maka petani disana akan menerima Rp 1.300 dari pengimport ditambah kupon oleh pemerintah sebesar Rp 1.200/Kg. Hal yang sama berlaku untuk kedele dan gandum. Ini adalah politik ekonomi dan perdagangan yang berbahaya untuk dunia. Namun ini berada diluar focus kita pada artikel ini.

Apakah bahaya produk jagung atau turunannya? Pertama sekali adalah Gula jagung [corn fructose] dan bahaya kedua terbesar [dalam jangka lebih panjang] adalah sifat GMO [transgenic]. Secara umum fructose yaitu gula dalam buah [termasuk jagung] adalah sehat bila dikonsumsi dalam bentuk alaminya. Anda memakan buah yang manis2 dan mayoritasnya sangat sehat dan penuh nutrisi karena didalam buah tersebut, selain gula juga berisi mineral, vitamin, enzyme dan lainnya. Bila fructose tadi diproduksi khusus sebagai gula, maka zat lainnya akan hilang dan ia akan menjadi substansi yang tidak sehat. Gula jagung ini tidakdapat diproses oleh pancreas dan akan langsung membebani liver sehingga liver overloaded. Dengan tingginya kadar gula dari gula jagung maka liver akan membentuk lemak dengan cepat. Hasilnya adalah kegemukan dan obesitas dengan segala komplikasinya. Baca artikel diabetes di http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/11/18/diabetes-tidak-bisa-disembuhkan/ dengan komentar2 yang ada disana. Jangan dilupakan bahwa gula merupakan bahan makanan yang sangat addiktif, hanya sedikit dibawah NARKOBA. Anda perlu mencoba sendiri untuk berpantang gula seminggu dan rasakan perasaan “sakaw” akan gula. Hal ini diketahui oleh para industri makanan, dan karenanya, mereka memberi gula dalam jumlah yang sangat banyak pada setiap jenis makanan olahan, minuman olahan. Pada akhirnya orang menyukai sesuatu makanan tertentu hanya karena kadar gulanya banyak, bukan karena rasa yang lain.

Dalam masalah GMO, hampir seluruh benih jagung import adalah GMO dan benih jagung local telah terkontaminasi [kawin silang] dengan benih GMO. Dalam 20 tahun mendatang, 100% jagung diseluruh dunia akan menjadi GMO bila dunia tidak melakukan sesuatu untuk mencegahnya. Dampak kesehatannya semakin tahun semakin terlihat dan sudah mengganggu masalah genetic, system syaraf dan fisiologi lainnya. Ini dapat and abaca di artikel saya yang lalu di http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/04/01/ingin-beras-berbulu-kambing/ .

Bagaimana cara menghindarkan bahaya ini? Pertama, jangan mengonsumsi makan dan minuman olahan, terutama yang manis2 yang kemungkinan sekali memakai gula jagung. Kedua kurangi memakan ayam broiler dan daging sapi import, kecuali dinyatakan mereka adalah organic atau diberi makanan rumput [grass fed]. Untuk pencinta yang manis2, anda sebaiknya beralih pada sumber gula yang natural seperti gula tebu [yang coklat, karena yang putih juga sudah tidak sehat], gula aren, madu. Dan jangan pernah mengonsumsi bahan pengganti gula seperti Equal, Tropicana Slim dan sejenisnya karena itu dibuat dari aspartame yang nota bene adalah bahan berbahaya dan sering dijual sebagai pestisida. Bila dominasi jagung ini tidak berubah, maka pada satu saat dunia ahirnya mengharamkan jagung sebagai bahan makanan karena sangat mengganggu kesehatan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun