Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Pria perlu Mengetahui dengan Jelas Perihal Kanker Prostat, PSA, dan Hormon

29 Maret 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:19 1662 0

Pembengkakan kelenjar prostat pada pria adalah merupakan proses yang natural dan hampir semua pria berumur diatas 50 tahun mulai mengalaminya. Kelenjar prostat juga dapat membengkak disebabkan oleh adanya tumor atau kanker.Ada empat cara konvensional yang digunakan oleh ahli kesehatan orthodoks untuk menyembuhkan penyakit kanker prostat, yaitu dengan pembedahan, radiasi, chemotherapy dan terapi hormon. Dalam hal pembedahan, seperti halnya pembedahan pada jenis kanker lainnya, cara ini hampir selalu tidak dapat menghilangkan kanker karena selnya merembet pada organ sekitar dan cepat bermetastasis bila diganggu dengan prosedur operasi seperti ini. Yang membuat cara ini lebih buruk adalah para dokter mengombinasikannya dengan chemotherapy atau radiasi. Pada cara pembedahan kelenjar prostat dibuang dan buah zakar juga dikebiri agar hormon testosterone tidak diproduksi lagi. Hal ini akan mengakibatkan berbagai masalah seperti impotensi, penyakit jantung, osteoporosis dan lainnya. Untuk radiasi dan chemotherapy kita tidak perlu ulas lagi karena cara ini sudah merupakan cara pengobatan paliatif [hanya memperpanjang umur penderita dengan cara yang tidak manusiawi, bisa dilihat pada artikel http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/09/17/chemotherapy-cara-penyembuhan-kanker-yang-tidak-manusiawi/ ]. Penderita yang ditawarkan untuk mendapat pengobatan radiasi atau chemotherapy jangan terkecoh dengan apa yang dikatakan sebagai “rasio sukses tinggi” dari cara ini yang sering dikatakan sebagai 50% atau 90% [tergantung dari keparahan kankernya], sebab rasio sukses yang dimaksudkan dokter memiliki definisi yaitu “kemungkinan untuk tetap hidup dalam 5 tahun kedepan” adalah 50% atau 90%. Jadi kalau anda hidup hingga 5 tahun lebih sehari dan besoknya meninggal, maka menurut dokter anda sudah sembuh. Ini definisi baku yang dianut oleh ahli kedokteran orthodoks masa kini dan belum berubah.

Yang kita akan bahas lebih dalam pada artikel ini adalah cara terakhir yaitu terapi hormon yang diberikan dalam bentuk obat untuk memblokir hormon testosterone karena hormon ini dipercaya sebagai penyubur kanker. Hampir mirip dengan hormon progesterone bagi wanita, hormon testosterone berfungsi sebagai penyeimbang hormon estrogen yang juga ada didalam badan pria. Hormon estrogen seperti yang diketahui adalah hormon perangsang pertumbuhan sel [karena itu ia mendorong agar wanita dapat hamil] dan hormon ini benar dapat merangsang pertumbuhan kanker. Testosterone malah sebaliknya, ia akan mengatur dan membatasi pertumbuhan dalam keadaan seimbang. Maka bila hormon ini di blok, maka alih alih kankernya berhenti berkembang, kanker akan tumbuh secara tidak terkendali karena dirangsang oleh hormon estrogen. Lho…. Kalau demikian mengapa testosterone diblok?

Ternyata biang keladinya adalah kesalahan pemahaman dan penggunaan indicator PSA [prostate specific antigen] yang mengukur jumlah sejenis protein didalam darah untuk menentukan kondisi kanker prostat. Hipotesenya adalah bahwa bila kelenjar prostate membengkak akibat kanker maka protein tadi akan bocor kedalam darah dan dari jumlahnya dapat diukur tingkat kemungkinan atau parahnya kanker prostat. Hipotese ini memiliki sangat banyak kelemahan. Pertama, protein yang disebutkan tadi juga diproduksi oleh payudara lelaki dan wanita, jadi bukan oleh kelenjar prostat saja. Hal kedua, PSA orang dapat saja tinggi akibat prostatitis atau penyakit saluran kencing atau kondisi lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kanker. Sebagai data empiris, ternyata lebih dari dua pertiga pria yang memiliki PSA diatas 4.0 [diduga menderita kanker, angka ini juga tidak memiliki patokan seragam disetiap klinik] ternyata tidak menderita kanker prostat. Sebaliknya ada 20% dari penderita kanker prostat yang ternyata memiliki PSA yang normal. Berarti PSA sama sekali tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah orang menderita kanker prostat atau tidak. Dalam hal ini penggunaan TRUS[transrectal ultrasound] dan DRE [digital rectal examination yaitu pemeriksaan manual dengan meraba lewat anus] lebih dapat dipercaya.

PSA “dipercaya” merupakan indicator adanya kanker prostat, dan dalam penelitian, runyamnya ternyata bila hormon testosterone diblok, hasil PSA pasien menurun. Dengan demikian para ahli orthodoks percaya bahwa hormon ini merangsang pertumbuhan kanker. Kenyataan sebenarnya tidak demikian. Badan kita memerlukan hormon testosterone untuk menghasilkan protein yang diukur dalam PSA. Jadi bila testosterone diblok, secara artificial PSA menurun, namun tidak ada hubungannya dengan kondisi kanker tadi atau dengan perkataan lain, kondisi kankernya sebenarnya masih sama. Disinilah letak kekeliruan yang terjadi. Ahirnya Para dokter akan berlomba lomba memberikan racun untuk memblokir hormon testesterone karena mereka ingin melihat PSA dari pasien turun. Racun yang popular adalah Lupron, Casodex, Flutamide dan merek lainnya. Tentunya cara ini berhasil menurunkan PSA, namun pasien tetap menderita kanker yang sama parahnya.

Akibat sampingan dari racun tadi sangat besar, karena akan terjadi ketidak seimbangan hormon pada pria karena hormon testosteronenya tidak berfungsi lagi. Dimulai dari otot yang lembek, impotensi, payudara membesar, depressi, dementia, penyakit jantung, osteoporosis dan kanker.

Penyembuhan kanker prostat sudah mulai berkembang pada cara pengobatan alternative [bukan orthodox] dengan cara yang lebih bertanggung jawab. Yang menarik diantaranya adalah dengan malah memberi terapi hormon testosterone dimana hormon ditambahkan untuk mengimbangi estrogen didalam badan pria. Cara ini ternyata sangat effektif dan sudah mulai dipakai disejumlah klinik alternative.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun