Boleh saya Jujur? Setiap jengkal kalimat milik sahabat jimmo begitu bernyawa. Setiap jengkal kalimatnya yang ceplas-ceplos membuat saya berfikir ulang tentang hidup. Saya bertemu dengannya satu tahun yang lalu, menikmati arak bali di kuta sambil meniup harmonika. Saya pikir dia seniman hidup, dari sikapnya yang garang dan tak pernah peduli berhadapan dengan siapa-siapa. Laki – laki yang tak pernah menjilat. Dia bagai gunung, matanya bagai elang bahkan tinta tak pernah habis untuk menceritakan tentang dirinya.