Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Uang Bisa Menyesatkan

16 September 2010   18:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 425 0
Baru saja pulang naik tasi dari rumah pacar. Selagi di taksi sempat ngobrol sama supirnya..Obrolannya kira2 begini:

Taksi: Kamu dari mana asalnya?

Gua: Dari Indonesia.

Taksi: Disana ada agama apa aja?

Gua: Islam, kristen, budha, hindu, katolik. Tapi mayoritas Islam. Kalo disini (Uzbekistan) berapa persen non-muslimnya?

Taksi: lumayan banyak, mungkin kira2 40%. Kalo dulu zaman uni-soviet hampir 50%, tapi setelah uni soviet pecah, pada pulang ke negaranya masing2. zamannya soviet di uzbekistan orang2nya baik, hidup pun nyaman disini. tetapi setelah pecah semuanya berubah.

Gua: Jadi kalo dibanding dengan sekarang bagaimana? enakkan yang mana?

Taksi: Dulu hidup lebih enak.

Sudah setahun tinggal di Uzbekistan, saya bisa berkesimpulan bahwa orang2 Uzbekistan lebih senang dengan kehidupan sewaktu jamannya soviet. Itu bisa saya simpulkan, karena pada 6 bulan pertama disini, kemana pun saya pergi saya selalu tanya semua orang apa mereka setuju dengan pemerintahan soviet jaman dulu dan mereka semua berjawab iya.

Dengan pendidikan yang dari kecil sudah dicat dengan kapitalism, saya otomatis selalu ingin argue dan ingin seolah-olah menyadarkan mereka bahwa pemerintahan uni soviet mempunyai ideologi yang tidak memungkinkan dan salah dan selalu mencelakakan hidup rakyatnya (sok ingin memakai kelas sejarah rusia sewaktu di SMA). Tetapi mereka semua selalu menjawab dari sisi pandang mereka masing2, mostly yaitu bahwa mereka hidup dengan senang dan tenang pada masa uni soviet. Dan itu saya tidak bisa argue. Lagipula saya pikir saya selalu argue sama orang2 sini kalo uni-soviet slalu membohongi rakyatnya dengan propaganda, namun saya sendiri bukannya kedengaran seperti menyebarkan propaganda tentang uni-soviet.

Setelah 6 bulan saya capek2 coba ingin "menyadarkan" mereka, saya akhirnya berhenti dan menjalani sehari-hari...namun malam ini setelah ngbrol dengan supir taksi, pikiran saya jadi mulai berputar kembali..

Selama setahun ini saya tinggal di uzbekistan, tentunya seperti semua kota di seluruh dunia, ada bagus dan tidaknya..kurang bagusnya yang saya perhatikan, tukang dagang rata2 suka membohongi pembeli..namun bagusnya juga orang2 disini rata2 sopan...

Jadi dari kedua fakta itulah saya baru sadar setelah supir taksinya bilang "dulu orang2 disini sangat baik2 semua". Saya berpikir memang pada jaman uni-soviet semua orang punya pekerjaan, uang bukanlah yang terpenting dikehidupan masing2 orang, jadi rakyat pun tidak harus berebut utk uang, namun hidup masih bisa gotong royong dan saling membantu..Dan kalo dipikir2, kehidupan negara seperti itulah yang sebenarnya indah dan harus dicontoh...Tetapi setelah uni-soviet pecah, dan masing2 negara berdiri dan hampir semuanya menganut sistem kapitalis (kecuali Moldova, yang kembali menganut sistem komunis setelah pecah dari uni-soviet dan sempat kapitalis), uzbekistan juga menganut sistem kapitalis dimana semua orang harus bekerja untuk sesuap nasi, kesenjangan sosial pun terlahirkan dari sistem kapitalis tersebut, otomatis rakyat jadi tenaga kerja yang efektif dengan dorongan inovasi..

Namun seperti kata supir taksi tadi "hidup jaman uni-soviet lebih enak". Kalo bahasa rusianya yang dia bilang "prekrasna" yang artinya "indah".

Jadi sekarang saya bisa mengerti kenapa orang2 uzbekistan bisa mempunya tingkah laku yang sopan namun masih suka mencurangi uang..Dan itu karena orang uzbekistan pada dasarnya memang orang2 yang sopan, namun karena situasi hidup yang bersaing karena uang, maka bersainglah mereka dengan cara apapun..

Dengan kata lain, terpecahnya uni-soviet, sifat orang2 uzbekistan pun berubah...

Saya sering membaca jaman dulu katanya orang2 Indonesia terkenal akan sopan santunnya...tetapi sekarang Indonesia jauh dikenal dari sopan santun namun lebih terkenal akan berita2 negatif...

Apa Indonesia juga sempat transisi budaya karena uang juga?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun