Lalu aku kasi satu pertanyaan terkait semua usaha kerasnya memahami lelaki secara tekstual. "Apa semua ikhtiarmu mampu menjamin --pasti tak dapatkan laki-laki brengsek?" Ternyata pertanyaanku bikin gagap dijawab. Sehingga aku terpaksa bantu menjawabnya dengan nasehat: pertama, "Manusia diciptakan dalam kondisi tumbuh dan berkembang. Kita tak pernah tahu cara berpikir orang dan perubahan apa akan terjadi suatu saat. Siapa bisa kira orang tercinta yang baik sekarang bisa berubah menjadi monster nanti." Kedua, hal yang terpenting bukan terletak pada trik-trik berburu "pria idaman" melainkan kekuatan jiwa perempuan hadapi segala resiko hidup dan siap kembali menata ulang hidup saat jatuh (baca: gagal)."
Buat bonus aku minta buang jauh-jauh pepatah: "If, You marry with true person, then You’re Complete. But, if you marry with wrong one, then you’re Finnish" karena ini pepatah usang orang Barat (tahun 60-an ke belakang lah). Lelaki adalah patner hidup bukan tempat bergantung. Bergantung itu pada Tuhan. Perempuan musti bisa katakan pada dirinya: "If, You marry with true person, then You’re Complete. But, if you marry with wrong one, then you’re not Finnish. Say to yourself, I'm ready to start again” karena kesempurnaan bukan tentang orang lain melainkan usaha anda sendiri dalam dukungan Tuhan.