Metode Bayani
Metode Bayani mengintegrasikan keduanya dengan ayat-ayat Alquran dan ilmu pengetahuan alam. Misalnya, ayat-ayat Alquran dapat mengintegrasikan fenomena seperti putaran bumi menjadi hari dan evolusi bumi. Akibatnya, metode Bayani meminta kita mempersiapkan diri untuk mengamati, memahami, berpikir, dan meyakini kebenaran yang terkandung di dalamnya. Dalam keadaan seperti ini, pendekatan Bayani memungkinkan kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dengan menggabungkan prinsip-prinsip keislaman dengan disiplin ilmu sosial.
Metode Burhani
Sebaliknya, metode Burhani tidak didasarkan pada teks atau pengalaman langsung; sebaliknya, dia berfokus pada dasar keruntutan logika, yang berarti bahwa pengalaman spiritual dan teks suci hanya dapat diterima jika mereka sesuai dengan aturan logika. Dengan demikian, prinsip-prinsip logika memungkinkan metode Burhani untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih rasional dan terorganisir.
Metode Irfani
Sedangkan metode Irfan didasarkan pada akses dan pengalaman langsung terhadap realitas spiritual keagamaan. Dalam konteks ini, metode Irfan memungkinkan kita mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam ilmu-ilmu sosial melalui proses penyatuan spiritual melalui kesatuan universal dengan Tuhan. Dengan demikian, metode Irfan memungkinkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang lebih bersifat spiritual.
Penerapan paradigma integrasi ilmu-ilmu sosial dan agama dengan metode Bayan, Burhan dan Irfan memungkinkan terjadinya integrasi nilai-nilai Islam dengan ilmu-ilmu sosial. Dalam konteks ini, paradigma integrasi memungkinkan dihasilkannya informasi yang lebih komprehensif dan integratif. Dengan demikian, penerapan paradigma integratif memungkinkan berkembangnya pemikiran kritis dan kemampuan analitis yang lebih baik.