Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Yang Ada Di Duit Goceng Kita

6 September 2010   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 580 0
Kemahsyuran namanya dijadikan nama salah satu jalan besar di Kota Padang, kota kelahiranku. Nama yang sudah sering aku dengar sejak jaman SD dulu, tetapi hanya sedikit tentang beliau yang aku ingat. Dengan semangat kemerdekaan (trims Pak Iwan, dengan banyaknya artikel yang bapak ikutsertakan membuat saya terpacu untuk berkarya lagi), saya mau mempelajari kembali tentang beliau, pahlawan dari Sumatera Barat. Ngomong-ngomong, saya juga punya kekhawatiran yang sama dengan Anda para pembaca, semoga kisah ini tidak menjadi kisah yang membosankan. Siapa sih beliau? Ambil uang goceng dari dompet, dan lihat gambar siapakah di uang tersebut. Beliau adalah pahlawan yang saya maksud. [caption id="attachment_234050" align="alignnone" width="331" caption="Tuanku Imam Bonjol di 5000 rupiah"][/caption] Well, ternyata Tuanku Imam Bonjol itu adalah gelar yang diberikan oleh guru-guru agama. Nama aslinya adalah Muhammad Shahab atau Petto Syarif. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Bonjol itu apa sih? [caption id="attachment_234062" align="alignleft" width="150" caption="tugu khatulistiwa. pic by wapedia.com"][/caption] Nama Tuanku Imam Bonjol itu, mungkin hanya kata terakhir yang kita nggak jelas. Tuanku = Tuan. Imam = tokoh agama. Lha Bonjol??? Bonjol itu apa sih? Bonjol itu sebuah kecamatan di Kabupaten Pasaman. Hal unik tentang kota ini, selain merupakan kota kelahiran seorang pahlawan nasional adalah: kota ini dilalui oleh garis lintang nol derajat. Di jaman Tuanku Imam Bonjol, kota ini adalah kota yang taat dengan agama Islam yang dianut, tetapi juga ada prilaku-prilaku menyimpang, seperti: judi sabung ayam, minum-minum. Keadaan ini ingin diperangi oleh Tuanku Imam Bonjol, dimulai dengan perundingan untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak baik. Perang Padri Tidak ada kata sepakat, lama kelamaan situasi berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Padri. Karena terdesak peperangan, kaum Adat minta bantuan Belanda, imbalannya: Belanda bakalan dapet beberapa wilayah. [caption id="attachment_250967" align="alignleft" width="100" caption="ilustrasi kopi (unduh dari google)"][/caption] Lama-lama, motif Belanda itu berkembang untuk dapat mengusir kaum Padri agar dapat memperoleh penguasaan tanaman kopi. Tanaman kopi merupakan komoditas andalan Belanda di Eropa. Kemudian bersatulah kaum Adat dan kaum Padri untuk mengusir Belanda. Dalam perang ini Tuanku Imam Bonjol dan kawan-kawan bergerilya, perlengkapan perang dan perbekalan Belanda dirampas, yang tersisa hanya yang melekat di badan tentara Belanda. Masih panjang lagi ceritanya, tetapi langsung saja deh ke akhir ceritanya, saya juga dah mumet :) Ajakan berunding Belanda akhirnya mengajak berunding, tapi sayangnya itu hanya jebakan. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cirebon, kemudian ke Ambon, kemudian di Manado. Total pengasingan 27 tahun, dan Tuanku Imam Bonjol meninggal pada 8 November 1864 di Manado (berarti umurnya 92 tahun, panjang umur ya). Apa yang terjadi saat Tuanku Imam Bonjol diasingkan? Peperangan tetap dilanjutkan, tetapi sayangnya kemenangan diraih oleh Belanda. Dari berbagai sumber: http://www.gudangmateri.com/2010/01/biografi-tuanku-imam-bonjol.html http://wapedia.mobi/id/Bonjol,_Pasaman http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padr *** Notes: Artikel ini untuk Bapak Iwan Suwandy, sesekali saya menulis tentang sejarah (tentu saja saya ikut belajar sejarah waktu menulis ini), sempat tertunda lama hanya bentuk draft saja (sejak 17 Agustus) dan hari ini dapat saya selesaikan. Bapak juga sudah menulis satu artikel tentang game yang saya masih ingat saya hutang untuk menjawab "Mengapa Anda Senang main games". harap bersabar Pak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun