Era revolusi industri 4.0 di Indonesia sering disebut juga sebagai
Making Indonesia 4.0. Istilah ini sebenarnya mengandung makna positif dan dapat memicu perkembangan Indonesia serta merevitalisasi industri nasional secara keseluruhan, baik dari keseluruhan pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Dalam era Revolusi Industri 4.0 atau yang kerap disebut era digital 4.0 ini tentunya membawa banyak perubahan pada lingkungan yang salah satunya adalah globalisasi yang akan meningkat lebih pesat karena dengan adanya teknologi yang memudahkan mobilisasi informasi menjadi lebih cepat dan mudah, data dari suatu Negara tersebar ke seluruh pelosok. Digitalisasi pada dasarnya juga menimbulkan efek negatif bagi bumi. Setiap kita menjalankan sebuah aplikasi digital, timbul emisi dari setiap rantai perangkat pendukung, mulai dari smartphone yang kita gunakan, perangkat jaringan internet yang mengalirkan data, sampai data center tempat data diolah. Dampak dari globalisasi tersebut tentunya juga dapat memperburuk keadaan iklim bumi kita menjadi lebih krisis lagi.
Karena krisis perubahan iklim yang disebabkan oleh kemajuan jaman pada era revolusi industry 4.0 ini maka pada tanggal 6 April 2022 telah terjadi aksi protes yang dilakukan oleh para ilmuwan NASA yang menyuarakan peringatan mengenai krisisnya perubahan iklim global yang terjadi. Tetapi ironisnya, para ilmuwan tersebut malah ditangkap di Los Angeles setelah menyuarakan aksinya. Akan hal tersebut, tagar
#LetTheEarthBreathe pun menjadi viral di media sosial sebagai bentuk kesadaran akan bahayanya keadaan bumi kita.
Perlu diketahui bahwa, plastik merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer. Plastik terbuat dari minyak bumi dengan proses mengubah komponen minyak bumi manjadi molekul kecil yang disebut monomer.
KEMBALI KE ARTIKEL