Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Bahasa Indonesia, Sebuah Ekspresi Kebudayaan yang Berbicara Identitas

23 September 2012   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51 366 1
Bagi seorang yang lahir dan besar di Indonesia, Bahasa Indonesia adalah bahasa yg menyaksikan saya belajar berkata-kata, bertanya, bergaul, dan tentunya berlagak sok gaul. Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, kini panggilan “Bapak” dan ”Ibu” tampaknya mulai kalah populer dari “Dad” dan “Mom”. Tulisan ini adalah sebuah refleksi dari seorang yang tumbuh besar di Tanah Air, yang berharap bahwa  Bahasa Indonesia akan selalu dibudayakan di era globalisasi ini.

Setiap bahasa di dunia sama-sama memainkan peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa bahasa yang sepadan, komunikasi akan hancur, hubungan akan retak, keluarga pun bisa hancur. Lantas, apakah yang membedakan Bahasa Indonesia diantara ribuan bahasa lain di dunia ini?

Pertama, pada umumnya, hanya orang Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia, berbeda dengan Bahasa Inggris atau Bahasa Mandarin yang digunakan di berbagai negara. Oleh karena itu, tak heran bila mendengar seseorang berbicara dalam Bahasa Inggris, kita masih harus menerka negara asal orang tersebut. Sebaliknya, bila orang tersebut berbahasa Indonesia, kita akan langsung mengidentifikasi mereka sebagai orang yang berasal dari Indonesia. Dengan demikian, orang Indonesia dapat dikenali dengan mudah, bahkan ketika berada di luar negeri sekalipun. Bahasa Indonesia untuk seseorang yang sedang merantau ke luar negeri ibarat kompas yang menunjukkan siapa yang senasib dan setanah air.

Bukan hanya itu, Bahasa Indonesia mempunyai banyak versi informal, yang tidak akan kita temui di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Parahnya, kita sangat sering memakai versi informal itu dalam percakapan sehari-hari. Maaf untuk mereka yang tidak setuju dengan bahasa informal tersebut. Saya justru merasa hal inilah yang membedakan kita dengan orang asing ketika berbicara dalam Bahasa  Indonesia. Dari "saya" menjadi "gw", "kamu" menjadi "lu"; bahkan yang lagi unyu cenderung menulis "aku" sebagai "akyu" dan "kamu" sebagai "kamyu". Ini adalah budaya yang direfleksikan dalam bahasa, dan siapa bilang ini semua buruk? Rupanya, hal ini adalah bukti bahwa dalam segi bahasa pun, orang Indonesia tetap berinovasi. Diam-diam, ekspresi budaya tersebut telah menjadi ciri khas bahasa kita, Bahasa Indonesia, bukan bahasa lain, bahkan Bahasa Melayu yang dikatakan serumpun.

Lebih lanjut, Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cukup menyampaikan pidato kemerdekaan dalam Bahasa Indonesia, petani, profesional muda, bapak-bapak, ibu-ibu, hingga kakek-nenek semua dapat mengerti. Tanpa mengurangi rasa hormat, biarpun Indonesia boleh kalah dalam segi ekonomi dengan negara tetangga, Singapura, pidato kemerdekaan Singapura disampaikan dalam 3 bahasa, yakni Inggris, Mandarin, dan Melayu untuk menyentuh semua lapisan masyarakat Negeri Singa itu. Ini adalah bukti bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, jati diri bangsa kita yang tak seharusnya terkikis zaman, dan tak tergantikan oleh bahasa lain di era globalisasi.

Untuk menutup tulisan singkat ini, saya ingin tinggalkan pesan untuk para pembaca sekalian. Bagi anda yang duduk di sekolah dasar, bila belum dapat membedakan bahasa formal dan informal, jangan lantas belajar bahasa asing dan melupakan bahasa Indonesia. Untuk para pelajar sekolah menengah, kejuruan, maupun mahasiswa, teruskan keahlian anda menggunakan “gw”, “lu”, dan “4l4y”! Bagaimanapun juga, bahasa informal adalah bagian dari budaya kita. Terakhir, saya ingin berterima kasih kepada para orang tua dan kakek-nenek karena hingga generasi saya, kami masih fasih berbahasa Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun