Langit biru menyambut ayunan langkah menuruni bis yang membawa kami dari Ambon ke Pelabuhan Tulehu, Maluku Tengah, Sabtu pagi (17/11). Deretan kendaraan pribadi menyesaki lahan parkir yang tak begitu lapang di mulut dermaga, menjadikan suasana tampak lebih ramai dari hari sebelumnya. Nusa Laut, negeri yang menjadi tujuan perjalanan pagi ini bersama Komunitas Sahabat Museum (Batmus) setelah sehari sebelumnya puas mengunjungi Pelauw, Haruku dan Hila.
“Ayo nona, langsung naek spitbot!” sapa seorang bapak yang wara-wiri di atas dermaga. Bapak yang wajahnya saya kenali sebagai salah seorang yang kemarin menyorongkan kakinya sebagai pijakan untuk turun ke speedboat. Saya menyambut sapaannya dengan melempar senyum, lalu beranjak menikmati pagi di dermaga dengan ikut mengantri di toilet darurat. Dua jam perjalanan dari Tulehu ke Nusa Laut menjadi pertimbangan untuk mengosongkan isi tanki menghindarihasrat buang air kecil di tengah laut.
Kejadian berulang ketika kami melintasi pulau Ouw. Saya bertanya tiga kali demi memastikan Dino tidak mengaduh karena kesakitan ketika kata “ouw” meluncur dari bibirnya. Siapa yang tidak tahu lagu yang dipopulerkan oleh Bob Tutupoli, Ouw Ulate? Syairnya terinspirasi dari keindahan pulau Ouw, negeri di wilayah Saparua, Maluku Tengah.
Pk 10.30sauh ditambatkan di pantai Sila. Kami disambut seorang bapak yang diperkenalkan sebagai perwakilan Raja Sila tak jauh dari gerbang kampung yang bertuliskan,"Salib Inilah Lantera Allah."Pulau Emas, itulah julukan untuk Nusa Laut yang mengandalkan cengkeh sebagai hasil bumi utamanya. Penduduk Nusa Laut dan sekitarnya menjemur cengkeh di jalan maupun di halaman rumah mereka. Wanginya segar terbawa angin hingga ke bibir pantai.
Hati terpikat sejak langkah pertama diayun memasuki desa Sila. Jalan berkarpet pasir, deretan rumah tua dengan pekarangan luas yang tertata rapi serta sambutan warganya yang ramah menyejukkan hati. Kami beristirahat sejenak di halaman rumah raja Sila, bercengkerama dengan warga yang senang kedatangan tamu dari jauh. Anak-anak kecil berlarian keluar dari pekarangan, berlomba memasang gaya di depan kamera yang siap mengabadikan senyum manis mereka.
Bagi penikmat alam bawah laut, snorkeling di sekitar perairan Nusa Laut sangat menggoda untuk dilewatkan begitu saja. Dan sebagai pecinta situs tua, melihat di kejauhan ada benda yang menyembul di antara semak di bibir pantai adalah bonus dari pejalanan ini. Anugerah terindah ketika melangkah di antara makam raja-raja Sila ditemani oleh bapak E. Soselisa, Raja Sila. Kembali dari makam, sekotak nasi kuning pun tandas dalam sekejap, nikmat turun ke perut ditemani buaian angin pantai di halaman rumah keluarga raja.
Butuh bergadang semalaman untuk mengakrabkan diri dengan Lumia 920 yang saya terima beberapa jam sebelum berangkat ke Maluku. Lumia 920 menjadi andalan untuk merekam jejak baik berupa foto maupun video sepanjang perjalanan meyusuri kepulauan Maluku. Beberapa fitur terbaru yang ditawarkan mengobati sesal karena kolapsnya 450D.
Fitur yang cukup seru dari Lumia 920 adalah layar PureMotion HD+ display-nya yang sangat sensitif merespon sentuhan ujung jari. Bahkan saat iseng membungkus jari yang basah sehabis bermain air dengan ujung kaos dan ketika dicoba dengan menggunakan ujung kuku pun responnya cepat. Keunggulan lain dari piranti ini adalah, warna gambar yang dihasilkan sangat menggoda. Dengan layar berukuran 4,5 inchi tampilan gambar menjadi lebih besar dan masih samar terlihat meski di bawah terik matahari.
Berbekal pengalaman berkawan dengan DSLR, memegang Lumia 920 bangkitkan rasa penasaran terlebih saat hendak merekam gambar kala matahari sudah tenggelam. Sebagai handphone pintar, Lumia 920 menyediakan beberapa fitur pemotretan layaknya kamera digital yang bisa diatur dan disesuaikan dengan selera masing-masing penggunanya. Contoh saat memotret di malam hari, selain diatur ke mode Night, ISO, WhiteBalance maupun Eksposure masih bisa diutak-atuk.Untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan, ekperimen pun menjadi kawan karib.
Terlepas dari gangguan turunnya daya tahan battery yang menyerap banyak energi saat digunakan untuk browsing dan merekam gambar bergerak, Lumia 920 praktis untuk diajak bertualang. Untuk menyiasati battery kolaps, saya membajak powerbank salah seorang teman jalan hahaha. Jadi walau kamera DSLR kolaps, semua kenangan dan jejak dari perjalanan menyusuri Maluku Tengah dapat terekam dengan baik berkat Lumia 920.
Senyum terindah pun enggan beranjak saat kaki kembali menyentuh bening air laut dan melangkah dengan riang ke speedboat. Lambaian tangan dari bapa raja dan senyum ramah warganya mengiringi langkah kami meninggalkan Sila. Perjalanan yang menyenangkan, kami pulang membawa ragam kenangan yang takkan terlupakan. Hati beta tatambat sudah di Nusa Laut.[oli3ve]
*****
Semua gambar di atas (kecuali nomor 2 dari bawah) diabadikan dengan menggunakan Nokia Lumia 920. Koreksi dilakukan hanya sebatas pengaturan terang gelap, rezise dan menambahkan label pada gambar. Gak percaya? Coba bandingkan 3 (tiga) gambar yang dihasilkan Lumia 920 di bawah ini:
- Senja di pantai Natsepa
- Pasar Mardika jelang tengah malam
- Sudut Jl Sangadji, Ambon kala malam, gambar yang diabadikan dengan Lumia 920 mengandalkan cahaya dari lampu kendaraan yang melintas dan lampu jalan.Gambar sesuai aslinya hanya diresize dan ditambahkan label.