Sabtu siang (22/9) Kurumi-san yang memiliki jadwal berkeliling museum di akhir pekan, mengunjungi Museum Tekstil, Jakarta. Kurumi-san, keturunan Jepang yang telah lama menetap di Jakarta dengan bahasa Indonesia yang fasih menjelaskan dirinya adalah ibu rumah tangga yang senang dan suka berkunjung ke Museum Tekstil. Selain untuk melihat-lihat koleksi yang ada, museum ini sering menyelenggarakan kegiatan menarik yang bisa diikuti pengunjung seperti hari ini. Tangannya cekatan mengukur panjang benang, mengaitkannya di kaki lalu mulai mengikuti arahan yang diberikan. "Bapak, torong cek punya saya. Saya juga mau ganti warana ya!" Kurumi-san, satu diantara peserta yang hari itu sangat bersemangat mengikuti kelas Keiko Kusakabe, Workshop on Torajan Braiding and Loop Manipulation: Mangka'bi untuk belajar mangka'bi'.
Peserta lain yang tak kalah antusias adalah ibu Nining, beliau sengaja mengajak beberapa orang siswanya dari jurusan Fashion Designer, Interstudi, Jakarta untuk mengenal dan belajar teknik mangka'bi'. Ivo yang mengambil program singkat di Intersudi mengatakan sangattertarik dengan teknik yang diajarkan dan dalam sekejap berhasil mengikuti petunjuk mang'ka'bi' dengan baik. Ketika ditanya lebih jauh kenapa teknik mangka'bi' menarik untuk dipelajari? Ivo mengatakan selain langka, dirinya juga perlu membekali diri dengan mengenali teknik-teknik dasar seperti ini untuk menunjang ilmu yang dipelajarinya karena ingin serius di bidang fashion designer. Hal senada dikemukakan oleh Rini yang masih memiliki darah Toraja dari ayahnya namun sama sekali asing dengan budaya Toraja karena tidak pernah dikenalkan lebih dekat.
Mangka'bi' (bahasa Toraja) artinya mengepang atau menganyam, adalah salah satu teknik mengepang benang yang dijumpai dan digunakan dalam tenun Toraja. Dinny Jusuf, pendiri dan pemilik Toraja Melo, di tengah-tengah berlangsungnya workshop mengatakan; ada 7 (tujuh) jenis mangka'bi' yang sudah sangat jarang digunakan para penenun Toraja bahkan terancam punah. Hal ini dikarenakan tidak diperkenalkannya teknik tersebut kepada generasi penerus (penenun) dan tak adanya kepedulian untuk melestarikannya. Saat ini di komunitas yang dibinanya hanya ada satu penenun yang benar-benar menguasai mangka'bi, itupun tidak semua teknik.
Pengenalan dini terhadap kreasi dan budaya daerah kepada generasi muda, diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap budaya bangsanya. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah daerah, pemerhati dan masyarakat peduli budaya dengan komunitas penenun untuk membina, membangun, menumbuhkan kreatifitas dan melestarikan warisan budaya ini sehingga tidak hilang.
Melihat tingginya animo masyarakat pada pameran yang sejatinya berlangsung sampai Minggu, 30 September 2012, membuat penyelenggara memutuskan untuk memperpanjang pameran hingga Minggu, 14 Oktober 2012. Pameran dibuka untuk umum Selasa - Minggu pk 09.00 - 15.00, mengikuti jam operasional Museum Tekstil, Jakarta. Salam budaya kreatif. [oli3ve]