Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Jejak Pertempuran Surabaya November 1945

24 Mei 2012   00:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:54 3178 6

Jakarta, 4 Pebruari 2012

Sebuah perjalanan menyusuri sejarah bangsa diawali dari Menteng Pulo, tepatnya dari makam Brigadir Jenderal AWS Mallaby, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds dan Letnan Philip Osborne. Mallaby tewas dalam pertempuran di depan Gedung Internatio, Surabaya pada 30 Oktober 1945; beberapa jam setelah tercapai kesepakatan antara Indonesia dan Inggris untuk mengakhiri kekacauan di Surabaya. Hingga kini tak diketahui dengan pasti Mallaby tewas karena terkena peluru pejuang Indonesia ataukah terjangan peluru dari pasukannya sendiri. Sedangkan Loder-Symonds dan Osborne meninggal dalam kecelakaan pesawat yang jatuh dan terbakar di bandara Morokrembangan, Surabaya pada 10 November 1945.

Kunjungan singkat yang berlangsung pada suatu pagi di awal Pebruari 2012 itu, menyisakan kerinduan untuk menyusuri jejak pertempuran Surabaya 1945.

Juanda, 16 Mei 2012

Pk 08.20 singa udara yang membawa saya dari Cengkareng mendarat dengan mulus di landasan Juanda. Terbang tanpa bagasi, saya langsung keluar dari terminal kedatangan. Di luar saya mencari pak Teguh supir dari travel yang sudah dipesan dua hari sebelumnya; yang akan membawa berkeliling kota Pahlawan. Tujuan pertama adalah mencari tempat untuk mengisi tanki yang mulai kriuk-kriuk, Pecel Murni pun dipilih dengan pertimbangan berada di pinggir jalan besar yang dilalui saat menuju ke kota. Saya begitu bersemangat karena akan memulai sebuah petualangan seru ala saya dengan menggiring pak Teguh mengikuti itinerary sederhana yang telah dipersiapkan. Niat awal mampir ke Surabaya hanyalah transit setengah hari sebelum melanjutkan perjalanan ke kota tujuan Malang. Andilala, saya malah tergoda tawaran seorang sahabat untuk mewakilinya berziarah ke makam Opanya di Kembang Kuning. Let's get rock Soerabaja!

Sebelum ke Kembang Kuning, saya telah membuat janji dengan pihak Sampoerna untuk mengikuti wisata Surabaya Heritage Track (SHT) pada pk 13 dengan rute Hok Ang Kiong Temple - Chinesche - Arab Kamp. Sebenarnya kawasan tersebut bisa didatangi sendiri, tapi ternyata saya punya sifat norak tingkat tinggi dan tergoda untuk naik SHT keliling kota. Sayangnya niat tersebut hanya sampai tertuang di itinerary karena jadwal kunjungan menjadi ngaco bin ajaib setelah berkeliling kota, tergoda dan keasikan mengunjungi tempat yang tak tercantum dalam daftar tempat yang hendak dikunjungi. Salah satu godaan tersebut adalah Hotel Majapahit!

"Siang mbak, pernah dengar Gedung Internatio? Posisi persisnya di sebelah mana Jembatan Merah ya?"

"Gedung Internasional? gedung apa itu mbak?"

"Hmmm....maaf mbak asli Surabaya?" si mbak mengangguk dengan pasti

"Pernah dengar pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang terjadi di sekitar Jembatan Merah dan menewaskan seorang jendral Inggris, Mallaby?"

Si mbak menggeleng sambil menyahut dengan penuh semangat,"Ooooh, mungkin adanya di sekitar kota tua mbak! di sana banyak gedung tua yang biasa dipakai untuk foto pre-wedding. Ini ada beberapa foto lama mungkin mbak kenal salah satunya."

Jawaban si mbak shopping center membuat gerakan tangan pura-pura membenarkan posisi bandana yang sebenarnya tidak bergeser sedikit pun, demi menghalau rasa nano-nano yang tiba-tiba menusuk ulu hati. Saya kembali ke mobil dengan tetap berpikir positif, mungkin si mbak tadi bersekolah di luar negeri sehingga kurang mengenal sejarah kotanya sendiri. Tapi logatnya koq medok Jawa Timuran ya? ;)

Gedung Grahadi menjadi saksi bisu sejarah tempat dilangsungkannya perundingan antara tentara Sekutu dan Indonesia pada 29 - 30 Oktober 1945. Sekutu diwakili oleh Panglima Divisi 23 Inggris Mayor Jenderal Hawthorn,Brigadir Jenderal Mallaby, Wing Commander Pugh. Sedang juru runding Republik diwakili oleh Soekarno, Moh. Hatta, Amir Sjarifoeddin, Soedirman, Doel Arnowo, Soengkono, Atmadji, Soemarsono dan Bung Tomo. Hadir pula TD Kundan, warga keturunan India yang bertindak sebagai penerjemah. Di seberang Grahadi berdiri tegap patung RM Soeryo, mantan Gubernur Jawa Timur yang banyak memegang peranan penting semasa terjadinya Pertempuran Surabaya 1945.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun