Kamis (17/05) pk 08.10 sebuah pesan singkat masuk ke HP. Valen, kawan yang menyusul dari Jakarta mengabari penerbangan Citilink dari Soekarno-Hatta, Cengkareng tertunda karena ada kerusuhan dan beberapa penumpang pada penerbangan sebelumnya yang dibatalkan sepihak oleh pihak Citilink; memblokade gate ke pesawat. Saya masih berpikir positif, kemungkinan penundaan penerbangan hanya maksimal satu jam saja dari jadwal seharusnya. Jadi saya tetap melaju ke Juanda diantar dua kawan yang kemudian mengurangi laju kendaraan yang tadinya sengaja dikebut. Pk 08.54 sebuah pesan baru masuk lagi,"tunggu ya Lip, parah nih!" lalu tepat pk 09.00 saya bersemangat mencari tempat untuk menikmati pagi di Juanda menanti kedatangan Valen yang baru saja berkirim kabar saatnya terbang! Normalnya penerbangan langsung Cengkareng - Juanda ditempuh dalam waktu 1 jam 20 menit, namun setelah waktunya lewat tak ada tanda-tanda kedatangannya di kota Pahlawan. Saya mengabari travel yang telah dipesan untuk mengganti jadwal keberangkatan disesuaikan dengan jadwal kedatangan Valen. Urusan travel bisa diatur, tapi salah satu acara kami di Malang sebagai kota tujuan berlibur di long week end ini dipastikan gagal kami hadiri. Ya, kalau saja Citilink memberangkatkan penerbangannya tepat waktu tentunya kami akan turut berbahagia berada di tengah-tengah keluarga sahabat baik yang melangsungkan tradisi siraman pada Kamis siang (17/05) di Malang. Bagaimana mau hadir kalau masuk Malang aja sudah pk 18.00 gara-gara Citilink!
Berdasarkan berita dari SS dan penuturan Valen, berikut adalah beberapa hal yang memicu kekacauan di tiga bandara internasional tersebut:
- Sejak Rabu (16/05) Citilink menunda beberapa jadwal penerbangan karena alasan teknis. Penundaan ini berimbas pada jadwal penerbangan selanjutnya bahkan ada yang dibatalkan dan digeser ke penerbangan esok harinya karena sudah larut malam
- Pihak Citilink tidak memberitahukan adanya penundaan/pembatalan penerbangan kepada penumpang yang telah membeli tiket
- Tidak ada satupun manajemen Citilink yang terlihat di setiap bandara ketika suasana mulai memanas, membuat kekecewaan para penumpang semakin bertumpuk dan mulai emosi.
- Para penumpang yang telah memiliki jadwal kegiatan seperti liburan, acara keluarga, dinas kerja dan lain-lain tidak mau tiketnya diganti dan tetap menuntut untuk diberangkatkan
- Kadung kecewa, beberapa penumpang sudah tidak peduli lagi dengan tujuan penerbangan. Mereka berebut masuk badan pesawat yang akan berangkat meski tujuannya berbeda dengan yang tertera di tiket mereka.Berbagai cara dilakukan petugas untuk membujuk, namun mereka bertahan tidak mau turun dan membajak pesawat sehingga membuat suasana makin kacau dan jadwal terbang amburadul.
Jadilah Valen yang semula membeli tiket Citilink agar bisa tiba di Juanda pk 09, baru mendarat pada pk 12.10 kembali mengirimkan pesan singkat sesaat setelah berada di terminal kedatangan,"akhirnyaaa ...nyampe juga setelah drama panjang."
Dari kejadian di atas, kita bisa menarik benang merah sumber kekacauan dikarenakan tidak profesionalnya pihak Citilink dalam menjalankan kinerjanya. Kenapa?
- Pihak Citilink tidak memberikan informasi penundaan/pembatalan keberangkatan kepada calon penumpang sehingga mereka yang telah siap terbang dikecewakan saat sudah menunggu di ruang keberangkatan.
- Andai saja Citilink mau berbaik hati mengabari para calon penumpangnya, mungkin saja emosi mereka masih bisa diredam. Untuk apa meminta kelengkapan data diri calon penumpang termasuk nomor telpon yang bisa dihubungi saat memesan tiket jika data tersebut hanya buat persyaratan administrasi saja?
- Gencarnya promosi tiket murah yang digaungkan oleh Citilink di koran nasional ternyata tidak dibarengi dengan penataan pelayanan yang baik kepada para (calon) penumpang.
Maka wajar bila setelah mendengar penuturan kejadian di atas, beberapa kawan ikut kecewa, kapok dan memasukkan Citilink ke dalam daftar maskapai yang tak layak ditumpangi.[oli3ve]