Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran media sosial online menjadi salah satu penggerak aksi masyarakat dalam mewujudkan gerakan peduli terhadap sesama dan lingkungan. Berita yang dilansir oleh media disambut dan disebarkan ke masyarakat pengguna jejaring sosial kemudian menjadi topik aktual. Banyak yang tergerak meringankan langkah untuk berpartisipasi, meski di lain pihak tak sedikit yang kontra dengan berbagai alasan. Beberapa contoh aksi sosial yang digagas melalui dunia maya diantaranya:
- Di bidang hukum ada Koin Peduli Prita
- Di bidang sastra ada gerakan peduli Pusat Dokumentasi Sastra HBJassin yang terancam tutup bertajuk Koin Sastra
- Di bidang lingkungan Gerakan Toilet Bersih
- Serta yang masih segar diingatan kita gerakan untuk Siti Bocah Yatim Penjual Bakso yang digagas oleh Kompasianer Ira Oemar mendapat sambutan positif dari berbagai pengguna jejaring sosial terutama facebook dan twitter
Tergerak melihat kondisi Sahrul dan Sahril sebuah umpan dilemparkan oleh Adrianus Patiung ke groups facebook SSN (Solata Social Network) pada Kamis (08/03/2012) untuk menggetarkan nurani warga Toraja; mendapat sambutan yang positif. Meski tak saling mengenal, ikatan bathin antar warga Toraja dengan kedua bocah yang juga mewarisi darah Toraja dari sang ibu turut berperan menggerakkan nurani anggota komunitas SSN. Dari dunia maya sebuah aksi dimulai dengan membuka rekening peduli untuk mendukung kegiatan yang diberi nama Donasi 007 SSN 2012 dibawah koordinasi saudara Adrianus Patiung. Setiap informasi terbaru dari lapangan serta langkah dan keputusan penting yang memerlukan penanganan didiskusikan di groups SSN dipantau langsung para SSN'ers yang berdomisili di Jakarta, Palu, Makassar, Toraja, Mamasa, Balikpapan, Amerika dan daerah lainnya.
Pada Sabtu (17/03/2012) sebuah tim kecil dari SSN berangkat dari Makassar ke Polman untuk melihat kondisi Sahrul dan Sahril dibantu oleh rekan dari Mamasa Community (MC). Selain membawa bantuan, tim melihat langsung kondisi kedua bocah di RSUD Polman dan mengambil langkah yang diperlukan untuk penanganan kesembuhan mereka. Sahrul dan Sahril yang saat itu dirawat di bangsal sesuai dengan yang ditanggung Jamkesnas; dipindahkan ke kamar VIP agar mendapatkan perawatan yang lebih insentif. SSN mengambil inisiatif untuk menanggung biaya perawatan dan komit untuk menjadi penjamin atas biaya yang akan timbul. Sayangnya, sekembalinya SSN ke Makassar pihak rumah sakit memindahkan kembali kedua bocah malang tersebut ke bangsal dengan alasan tidak ada yang menjamin biaya pengobatan. Hal lain yang mencuat ke permukaan adalah, jika bibi dari kedua bocah yang selama ini merawat si kecil dimintai bantuan untuk mengawasi dan merawat Sahrul dan Sahril; mereka meminta tambahan biaya sebesar 4 juta/bulan sebagai kompensasi. Sebuah komitmen dipertaruhkan demi keselamatan generasi bangsa ini.
Busung Lapar Masih Mengancam Anak-anak Indonesia
HO (Honger Oedema) atau yang lebih dikenal dengan penyakit busung lapar adalah kondisi yang terjadi pada anak-anak karena kekurangan asupan gizi yang cukup untuk masa pertumbuhannya (malnutrisi). Busung lapar dapat ditekan dengan adanya kerja sama yang baik dan penanganan yang serius dari pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah daerah, lembaga swasta nasional/internasionaldan komunitas masyarakat. Kondisi buruk seperti menurunnya tingkat kecerdasan, rabun senja dan rentan penyakit terutama infeksi, mengancam penderita busung lapar. Itulah sebabnya tetap diperlukan pemantauan perkembangan kesehatan mereka paska kesembuhan. Hal ini pulalah yang menjadi pemikiran tim SSN untuk meminta bantuan pengawasan dari seorang perawat di RSU Polewali yang bersedia memantau kondisi Sahrul dan Sahril.
Dana yang terkumpul hingga saat ini sebesar Rp 10,790,222; bagi yang tergerak untuk membantu dapat menyalurkan dananya ke rekening SSN Peduli Bank Mandiri 152-00-1211004-1 a/n ANY(SSN) dengan menambahkan tiga digit terakhir 007.
Kepedulian kita mungkin hanyalah langkah kecil, terlalu muluk untuk bermimpi menyelamatkan bangsa ini. Tapi justru dari gerakan kecil inilah yang menjadi sangat berarti ketika sampai pada sasaran yang tepat yaitu mereka yang benar-benar membutuhkannya. Semoga kepedulian dan tindakan nyata SSN cukup berarti untuk masa depan anak-anak Indonesia. [oli3ve]
Sumber Informasi:
- Sahrul Sahril Penderita Busung Lapar di Polman Butuh Penanganan Ekstra
- Busung Lapar, Dua Bersaudara Tinggal Tulang Berbalut Kulit
- Solata Social Networks
- Penanganan Busung Lapar Harus Belajar dari Soeharto