Setelah pentas di Pesta Raya Malay Festival, Esplanade Singapore pada 1-2 Oktober 2011; Musikal Laskar Pelangi (MLP) kembali tampil di Tanah Air. Kali ini pementasannya tidak tanggung-tanggung, di tempat rekreasi terbesar di utara Jakarta Taman Impian Jaya Ancol dan jadwalnya bertepatan dengan libur akhir tahun (24 Des 2011 - 7 Jan 2012).
MLP adalah teater musikal yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata “Laskar Pelangi” yang juga merupakan kisah hidupnya semasa kecil di Belitung. Sebelumnya Laskar Pelangi sudah diangkat ke layar lebar pada 2008, pertama kali dipentaskan di dunia panggung pada akhir 2010. Kisah sepuluh anak buruh PN Timah dengan semangat tinggi untuk menuntut ilmu walau penuh keterbatasan dibawah gemblengan ibu Muslimah yang tak pantang menyerah. Belum pernah dengar juga? Kunjungilah toko buku terdekat di kota anda hehehe. Setelah membaca tetralogi Laskar Pelangi, menonton filmnya akhirnya kesampaian juga untuk menonton pementasan teater musiknya pada Kamis (7/7/11) lalu. Tiket didapat lewat perjuangan panjang dan gemes banget saat mendengar seorang rekan di kantor dengan santai mengatakan dapat free VIP ticket dari sponsor tapi ditampik dengan alasan “gw cuti, lagian apaan sih teater musik Laskar Pelangi? emang bagus?” *duuuuh, kemana ajaaaa? masa gak tahu Laskar Pelangi?* Saya berani merekomendasikan MLP sebagai salah satu tontonan karya anak negeri di 2011 ini. Salah satu bagian yang sangat saya suka adalah saat Lintang terpaksa undur diri dari SD Muhammadiyah Gantong.
Ibunda Yang ku sayangi Yang ku hormati Aku mohon diri Sahabat Laskar Pelangi Yang aku kasihi Janganlah berhenti bermimpi Doaku menyertai Simpan aku dalam hati Bila Tuhan kehendaki Kita akan berjumpa lagi
Tanpa terasa ada air menggenang di pelupuk mata memaksa keluar saat Lintang berdiri di remang ujung kanan panggung menyampaikan salam perpisahan lewat surat yang dikirimkan kepada ibu Muslimah dan Laskar Pelangi di sekolah miring SD Muhamadiyah Gantong. Untuk menyiasati agar kiri kanan tidak curiga dengan hidung yang mulai gatal, saya sengaja membuat gerakan menarik jaket rapat-rapat karena pendingin di dalam ruang teater memang sangat menusuk hingga ke sumsum. Sayup-sayup dari sisi kiri kanan dan belakang terdengar suara sraaat srooot *ahaaa ..aku tak sendiri xixixix*