Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Spionase Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta dalam Dokumen Wikileaks

8 September 2011   23:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 2025 5
Bocoran telegram diplomat Amerika Serikat di situs WikiLeaks semestinya membuka mata siapa saja pada spionase, paranoia, gila urusan, standar ganda dan mulut ‘ember’ penulisnya – tentu saja kalangan diplomat Amerika, atau begitu lah keinginan awal para pendiri situs semisal Julian Assange. Tapi di Jakarta di awal Syawal ini, konteks besar itu ‘secara misterius’ hilang dalam liputan hampir semua media besar dan ini dampaknya membunuh: lambung pemerintah kita sobek di sana-sini akibat gossip ini itu dalam telegram sementara diplomat Amerika, alih-alih terpojok dan menanggung malu, justru terkesan sebagai pahlawan, penegak pilar demokrasi dan, bahkan, penjaga ‘kewarasan’ orang sebangsa. Ini khususnya tampak dalam pemberitaan pers Jakarta atas isi telegram yang mereka gadang-gadang sebagai ‘fakta percintaan gelap’ antara Front Pembela Islam dan kalangan petinggi polisi dan intelijen, seperti yang dilaporkan diplomat Amerika di Jakarta ke bos-bos mereka di Washington.

Dari pemeriksaan yang lebih dalam atas sejumlah telegram bersubjek Indonesia yang telah terpajang di WikiLeaks dalam dua pekan terakhir, dan membandingkannya dengan isi pers Jakarta, Islam Times juga mendapati adanya semacam ‘permakluman’ yang besar – jika tidak self-censorship – di kalangan redaksi media yang berujung pada keputusan mereka untuk, sejauh ini, tak menuliskan detil-detil ‘sensitif’ dalam telegram di berita mereka, sebuah isyarat adanya kemungkinan pengkhianatan besar pada janji profesi mereka untuk meletakkan kepentingan publik di atas segalanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun