Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Satu Kata, Lawan!

23 November 2011   13:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:18 326 3
Kalaupun kau tak lagi kuatir akhirat dan tak percaya akhirat,
maka merdekalah di dalam duniamu!


Dua puluh, tiga puluh atau lima puluh tahun lalu dari sebuah kebangkitan, masyarakat kadang baru menyadarinya, masyarakat mulai mengerti apa tujuan di balik kebangkitan itu. Dan kenapa ada sekelompok orang harus bangkit waktu itu.

Mengapa? Karena masyarakat lalai atau tidak mengerti, di saat yang sama ada orang yang betul-betul sadar dan memiliki pandangan yang tajam, sehingga dapat merasakan luka, perih dan derita masyarakat seratus kali lipat lebih dari apa yang mereka rasakan. Apa yang tidak disaksikan masyarakat dalam sebuah cermin dapat disaksikan oleh orang itu dalam tumpukan batu bata yang masih basah sekalipun.

Sekarang, di saat kondisi sebegitu mencekik dan suasana sebegitu mencekam, tak seorang pun berani angkat suara, yang ada hanya kegelapan mutlak, yang tersisa adalah putus asa mutlak, diam mutlak dan hening mutlak. Maka bergerak dan menyulut obor kemudian menyapu kegelapan adalah nilai universal kemanusiaan. Nilai itu tidak subjektif, tetapi manusiawi dan universal. Yakni demi sosial, kemanusiaan, hakekat, cinta, kebenaran, keadilan dan kesejajaran, bukan karena kepentingan pribadi. Dan nilai-nilai itu bisa digenggam oleh siapa saja dan kapan saja.

Lawan! adalah jadi satu-satunya filosofi yang perlu dikedepankan, tanpa basi-basa.

Lawan! adalah nilai dan simbol perlawanan yang tersisa. Tanda seru dibelakangnya menjadi kesatuan fonem yang tak dapat dipisahkan, karena semangatnya akan lebih tegas. [DBaonk]

Lemah gemulai retorika dan basi basa komat kamit diplomasi saja tidak cukup! Lawan! dengan apa saja. Dan dengan cara apa saja!.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun