Saat ini, kata itu mungkin dianggap terlalu biasa dan kurang relevan. Persoalannya bukan pada artinya, tapi karena pada era ini sederhana bukan faktor yang akan membuat seseorang jadi bahagia. Populer, punya banyak pengikut, dan mendapat banyak like menjadi salah satu definisi kebahagiaan banyak orang zaman now. Untuk itu, kita ga bisa tampil sederhana dan apa adanya.
Coba saja lihat berbagai postingan di media sosial. Kebanyakan orang hanya akan mem-posting sesuatu yang dianggap "wah", luar biasa, dan tidak biasa. Entah itu soal gaya hidup, makanan, fashion, traveling, hobi,  bahkan kegiatan sehari-hari, semua pasti akan berusaha menampilkan hal yang tidak biasa-biasa saja. Makan masakan rumahan, punya barang-barang tidak bermerk, liburan di rumah, bahkan sekadar memperlihatkan diri yang tampil apa adanya saja akan sulit kita jumpai di medsos. Hal-hal yang disebut belakangan sepertinya bukan konten yang akan menarik banyak comment dan like.
  Â
Sudah jelas, kita hidup pada era di mana semua terhubung melalui media sosial sehingga membuat kita kian terpukau pada semua yang tampak "wah", menonjol, outstanding dibanding hal-hal yang tampak sederhana atau biasa.
Nah, jika kita mengamini dan menjalani gaya hidup seperti disebutkan di atas, coba deh jawab pertanyaan-pertanyaan ini:
Hidup kita itu sebenarnya untuk apa dan siapa sih? Apa kita hidup hanya untuk mendapat kekaguman dan persetujuan dari orang lain? Apakah hidup hanya akan kita jalani dengan hal-hal yang dangkal dan kurang bermakna? Apa gunanya punya koleksi tas, sepatu, atau baju berharga fantastis jika untuk menyicil rumah atau kendaraan saja kita masih belum mampu? Apa gunanya healing dengan setiap hari nongkrong di cafe atau traveling ke luar negeri jika utang kita menumpuk? Apakah semua itu sungguh membawa makna hidup atau kebahagiaan yang sejati dalam diri kita? Apakah kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dengan semua itu?
Jangan salah juga. Hidup sederhana bukan berarti kita tidak boleh punya barang-barang mahal, tidak pernah traveling atau wisata kuliner, tidak punya hobi, atau ga bisa bergaya keren. Hidup sederhana itu bukan sekadar upaya ngirit atau tidak neko-neko. Hidup sederhana juga bukan terpaksa dilakukan karena seseorang tidak punya uang. Sebaliknya, itu merupakan sikap, pilihan, dan gaya hidup yang tidak mengikatkan diri pada materi dan segala sesuatu yang bersifat dangkal atau semu.
Memilih gaya hidup sederhana berarti memilih mengalokasikan semua waktu, uang, dan sumber daya yang kita miliki secara efektif untuk hal yang benar-benar penting, berguna, dan bermakna, baik bagi diri sendiri dan orang lain, serta dengan memikirkan pula manfaat dan pengaruhnya di kemudian hari.
Lalu, apa saja hal penting dan berguna dalam hidup yang perlu dipenuhi dengan sumber daya yang kita miliki?
Sandang, pangan, dan papan tentu saja masuk sebagai kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Dalam semangat hidup sederhana, kita perlu pandai-pandai mengatur pengeluaran kita agar dapat memenuhi ketiga kebutuhan tersebut secara seimbang. Seimbang di sini artinya sebisa mungkin kita memenuhi ketiganya dengan tepat, proporsional, dan sesuai kebutuhan.
Yang kedua, tabungan atau investasi. Dua hal ini merupakan cara kita untuk mengantisipasi kebutuhan masa mendatang, untuk mengatasi kebutuhan emergency/tak terduga, untuk dana masa tua/pensiun, atau berbagai kebutuhan yang perlu kita penuhi pada masa depan. Menabung atau berinvestasi menjadi cara jitu bagi kita untuk hidup bijaksana dan penuh kesadaran demi masa depan.
Yang ketiga, pendidikan. Pendidikan menjadi kebutuhan penting bagi semua orang untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri. Mengalokasikan penghasilan kita untuk dana pendidikan, baik bagi pribadi maupun anak-anak, menjadi satu hal yang perlu dan tidak dapat ditawar demi masa depan yang baik dan berkualitas.
Keempat, pengeluaran sosial. Selain menjadi kelumrahan (untuk acara-acara keluarga dan komunitas), dana atau pemberian sosial dalam bentuk sumbangan, persembahan, zakat, infaq, sedekah, atau bantuan kemanusiaan menjadi ekspresi kepedulian kita dalam berkontribusi bagi sesama dan kebutuhannya. Meski (umumnya) diberikan secara sukarela, tetapi pengeluaran-pengeluaran semacam ini merupakan salah satu cara yang penting bagi pertumbuhan iman, karakter, kerohanian kita. Memberi adalah poin penting dalam ibadah setiap agama dan kepercayaan.
Kelima, kebutuhan untuk hiburan, liburan, healing, dan sebagainya. Kebutuhan ini penting bagi kesehatan mental dan jiwa kita. Cara untuk memenuhinya pun beragam dan bervariasi, sesuai kemampuan, passion, atau kebutuhan masing-masing orang. Tidak perlu mahal, jauh, atau perlu menabung untuk memenuhinya, dan selalu dapat disesuaikan dengan penghasilan atau kondisi kita masing-masing.
Tentu, masih ada berbagai kebutuhan lain yang unik dan relatif sifatnya bagi masing-masing orang. Namun, memenuhi atau mengalokasikan lima kebutuhan di atas rasanya sudah cukup mewakili agar kita dapat menjalani kehidupan yang baik. Hidup sederhana kemudian menjadi ekspresi atau cara kita agar mampu memenuhi semua kebutuhan tersebut, yang juga tampak dalam gaya hidup frugal living. Tentang gaya hidup frugal living ini, silakan baca tulisan saya yang berjudul Minimalis. Frugalis, atau Milenialis?
Selain menjadi cara untuk menjalani hidup dengan lebih berarti, hidup sederhana juga merupakan gaya hidup yang paling memungkinkan kita untuk menjadi sehat secara jasmani, mental, dan rohani.Â