Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Selamat (Tidak) Merayakan Natal yang Komersil dan Hedonis

5 Desember 2022   20:51 Diperbarui: 7 Desember 2022   08:44 331 4

Pernah nonton film di mana tokoh utama (first lead) justru tenggelam dibandingkan karakter tokoh antagonis atau protagonis sekunder (2nd lead)? Kalau belum, tontonlah drakor alias drama Korea. Dalam serial drakor, pemirsa seringkali justru akan (dibuat) lebih terpikat dengan pesona sang antagonis atau second lead. Alasannya bisa beragam. Bisa karena faktor fisik, karakter, sifat, atau jalan ceritanya yang membuat penonton jadi jatuh hati pada si antagonis atau second lead. Si tokoh protagonis justru kalah pamor dan tidak menjadi tokoh favorit pemirsa, seperti halnya dalam kebanyakan film Hollywood.  

Nah, meski konteksnya berbeda, tetapi fenomena yang sama juga terjadi saat Natal. Dalam momen Natal, Tokoh Utama yang kelahiran-Nya kita rayakan, justru tenggelam dan kalah tenar dibanding tokoh fiksi dan ornamen Natal. Tidak percaya? Ketiklah kata Natal atau Christmas di Google, dan lihat yang tampil di sana!

Ya, dunia kini lebih mengaitkan Natal dengan Santa Claus, malaikat, pohon Natal, hadiah Natal, lampu Natal, bahkan snowman atau manusia salju! Lalu, lagu-lagu Natal macam All I Want for Christmas  atau Santa Claus is Coming to Town menjadi kian populer dan disukai dibanding lagu-lagu Natal rohani yang sungguh mengumandangkan berita Natal. Tidak ada lagi Kristus dalam Natal. Budaya dunia yang sekuler dan komersil makin menyingkirkan-Nya. Dan, kita malah makin terpesona pada hal-hal yang tidak terkait sama sekali dengan peristiwa kelahiran Kristus. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun