Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Mengasihi Anak 101

8 September 2020   17:56 Diperbarui: 8 September 2020   18:17 244 9

Ya. Dan, tidak.

Ya, dalam arti memang upaya-upaya tersebut adalah satu bentuk kasih sayang kita kepada anak. Tidak, jika kita menelisik lebih dalam lagi, itu semua bukan esensi, apalagi tujuan kita dalam mengasihi anak.

Artinya, tidak salah jika kita melakukan semua upaya itu kepada anak-anak kita. Tetapi, kita kemudian harus bertanya dan berefleksi lagi. Apakah benar, semua upaya itu adalah hal yang sungguh esensial bagi anak, yang bukan bertendensi kepada kepentingan kita sendiri, bahkan dalam bentuk yang paling halus dan samar?

Maksud saya, coba pikirkan hal-hal ini.

Ketika kita memberi makanan yang sehat dan bergizi, atau pakaian yang apik, keren, dan mahal kepada anak-anak, apakah itu adalah sungguh-sungguh merupakan upaya agar mereka menjadi anak yang sehat, gembira, dan bisa bertumbuh dengan baik? Atau, itu sebenarnya upaya agar kita mendapat credit/pujian karena bisa mengusahakan makanan dan pakaian yang terbaik bagi anak kita, yang mungkin tidak mampu diberikan oleh orangtua lain kepada anaknya?

Ketika kita memberi mereka sekolah dan pendidikan yang terbaik, sungguhkah itu upaya agar mereka kelak dapat menjadi pribadi-pribadi yang maju dan berguna dalam kehidupannya kelak sebagai orang dewasa? Atau, itu adalah cara untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa kita mampu memberikan pendidikan yang prestigious, yang bergengsi, dan yang eksklusif, yang akan memperbesar kebanggaan atau ego kita?

Ketika kita memberi dan menyediaka  mereka dengan berbagai keterampilan dan kemampuan, sungguhkah itu dimaksudkan agar kelak hal-hal itu dapat menjadi bekal mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan sebagai orang dewasa di tengah-tengah komunitas dan masyarakat, bukannya sebagai bentuk "investasi" kita, agar kelak mereka bisa menjadi pribadi-pribadi yang menguntungkan, dan dapat "membayar jerih payah" kita sebagai orangtua?

Mungkin, apa yang saya utarakan itu akan dianggap sebagai pemikiran yang terlalu jauh, yang  bersifat "prejudice" atau prasangka terhadap orangtua yang tidak berdasar.

Yah, maafkan jika saya menyinggung. Tetapi, sungguh, bukan itu maksud saya. Saya hanya mencoba agar kita berpikir sungguh-sungguh tentang hal ini, agar bentuk kasih kita kepada anak-anak benar-benar didasari oleh fondasi yang benar, yang akhir-akhirnya bukan berujung pada ego dan kepentingan kita sendiri.

Nah, jika Anda sudah sepakat dengan saya, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang seharusnya menjadi esensi dan tujuan kita dalam mengasihi anak?

Jawabannya adalah kasih kepada Tuhan dan kepada anak-anak itu sendiri.

Ketika orangtua mengasihi Tuhan dan sudah memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, secara otomatis mereka akan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah bagi anak-anak mereka. Apa pun bentuk atau upaya mereka dalam mengekspresikan atau mengungkapkan kasih itu, tidak akan terlepas dari kasih mereka kepada Allah, dan bukan kepada diri sendiri atau kepentingan diri sendiri. Mereka akan menuntun dan mengarahkan anak-anak mereka kepada jalan Tuhan, jalan yang benar, yang berujung kepada perjumpaan anak itu kepada Tuhan. Jalan yang pada akhirnya akan selalu membawa anak kepada kehidupan yang benar, kepada Tuhan.

Jika itu yang menjadi esensi, maka meski orangtua mungkin tidak memiliki kemampuan finansial untuk memberi hal-hal yang "terbaik" atau bahkan mencukupi kepada anak-anak, dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, keterampilan, rekreasi, hiburan, atau berbagai kebutuhan yang dianggap penting bagi anak-anak pada masa kini (gadget dsb), maka orangtua yang sungguh mengasihi anak akan memberikan hal yang justru paling esensial bagi anak.

Mereka akan mendidik anak dalam iman dan kebenaran. Mereka akan berusaha menjadi teladan yang baik. Mereka akan berupaya menghadirkan kasih Allah dalam segala tindakan dan upaya mereka, sekalipun di dalam keterbatasan mereka. Dan, mereka akan membuat anak-anak itu mampu merasakan kasih Allah, yang pada akhirnya akan memampukan anak menjadi pribadi yang mampu mengasihi Allah dan sesamanya. Pribadi-pribadi yang indah, yang autentik, dan yang berkenan di hadapan Allah dan manusia.

Materi bersifat fana. Pemberian dan perhatian yang terbaik bisa hilang dan terlupakan. Bahkan, segala usaha terbaik kita sebagai orangtua akan menjadi sia-sia, apabila dasar dari semuanya itu tidak pada kasih yang sejati.

Namun, iman dan kasih kepada Allah tidak akan pernah sia-sia dalam membentuk dan mengarahkan anak-anak kita kepada jalan yang benar.

Pada akhirnya, izinkan saya bertanya, adakah ekspresi kasih yang lebih tinggi terhadap anak-anak, selain mengarahkan mereka pada kehidupan yang benar, yang membawa mereka pada perjumpaan dengan Allah, di dalam kekekalan?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun