Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Realisme di Era Globalisasi:Kritik atas Pengabaian Peran Aktor Non-Negara dalam Politik Internasional

29 September 2024   01:48 Diperbarui: 29 September 2024   01:51 107 4
Realisme, sebuah teori atau paham klasik buah dari pemikiran tokoh Yunani Kuno seperti Thucydides, Machiavelli, dan Hobbes dengan fokus menyoroti pentingnya kekuasaan dan konflik dalam politik. Realisme baru dianggap sebagai teori modern dalam Hubungan Internasional setelah teori ini hadir sebagai respon terhadap kegagalan idealisme pasca perang dunia I. Realisme mempercayai bahwa negara-negara bertindak berdasarkan kepentingan untuk survival (kelangsungan hidup) dan kekuasaan, serta menganggap bahwa konflik tidak dapat dihindari dalam sistem internasional yang anarkis. Teori realisme menganggap dunia itu anarki yang diartikan dengan tidak adanya otoritas pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi untuk mengatur atau menegakkan hukum di antara negara-negara, karena dalam sistem internasional, negara-negara dianggap sebagai aktor yang berdaulat dan setara, sehingga mereka tidak perlu tunduk pada otoritas yang lebih tinggi seperti organisasi internasional yang bisa mengendalikan prilaku mereka. Dengan kata lain, hubungan antar negara berada dalam keadaan "anarki" karena tidak ada otoritas pusat yang mampu menjaga ketertiban dan mengatur interaksi antar negara. Dahulu pada abad ke-20, saat periode perang sedang gencar-gencarnya, teori ini bisa dianggap relevan karena secara akurat menjelaskan konflik, persaingan kekuasaan, dan sistem internasional anarki yang berbanding lurus dengan situasi di masa itu. Didukung juga dengan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa yang berakhir tidak mampu mencegah agresi dan pecahnya Perang Dunia II semakin memperkuat relevannya teori ini. Namun, apakah di era globalisasi ini, teori realisme yang enggan menganggap keberadaan aktor non-negara tetap dapat relevan? 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun