"ayah aku ingin menikah.." katanya.
Sontak. Pernyataan itu tentu membuat sang ayah terkejut. Kakak laki-laki yang sedari tadi juga duduk tak jauh dari gadis dan ayahnya duduk itu pun ikut terkejut.
"sungguh. Aku telah siap." kata gadis itu lagi.
"Arhiza, kakak gak salah denger?" tanya kakaknya.
Arhiza mengangguk, tanda bahwa kakaknya tidak salah dengar.
"usiamu.....
Belum sempat ayah melanjutkan, kakaknya menyela dengan menarik tangan Arhiza ke kamarnya. "maaf Ayah..."
"duduklah." perintah Yudhis, kakak laki-laki satu-satunya pada Arhiza.
Arhiza duduk di kursi dekat meja kerja kakaknya.
"Menyegerakan nikah mendatangkan sakinah, ketentraman jiwa. Sedang tergesa-gesa justru menjadikan pernikahan tidak barakah, penuh kekecewaan dan kehampaan. Keduanya mirip tapi beda sekali akibatnya." tutur Yudhis.
Arhiza melongo, kali ini semakin bingung.
"Ketika usia semakin bertambah, orang semakin peka terhadap dorongan untuk berumah tangga Dek. Pada diri manusia, memang terdapat naluri untuk mengikat persahabatan dengan lawan jenis. Kita semua tau itu. Ya gak Dek? Dorongan ini muncul pada diri laki-laki maupun perempuan, hanya ekspresinya yang berbeda.
Seorang wanita yang matang, mengekspresikan kebutuhannya terhadap lawan jenis sebagai teman hidup dengan cara-cara yang dewasa dan mempersiapkan diri baik-baik untuk menyambutnya, jauh-jauh hari sebelumnya. Kerinduan terhadap teman hidup yang membantunya bertakwa kepada Allah, ditunjukkan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menata hati dan tujuan." ujar panjang Yudhis. Arhiza mengeryitkan dahinya.
"apa yang membuatmu risau Dek?"
Arhiza menunduk lama.
"aku sedang jatuh cinta pada teman satu kampus, ia ketua kegiatan kerohanian di salah satu organisasi kerohanian di kampusku.. aku takut..aku takut.." katanya.
"Ada banyak mujahadah (perjuangan) pada masa-masa ini. Perjuangan untuk tetap menyiapkan sekaligus menambah bekal untuk kelak mendampingi suami dan menyusui anak dengan tenang. Perjuangan untuk menegakkan prasangka yang baik (khusnudzhan) kepada Allah. Pasti Ia menolong, sebagaimana Ia mempertemukan Zulaikhah sebagai istri Yusuf a.s. setelah bertahun-tahun Zulaikhah berdo'a karena tak kuat menahan sakitnya merindukan Yusuf yang dicintainya. Perjuangan untuk tetap menjadi muslimah yang punya komitmen terhadap agamanya....
Yudhis mengela nafas sebelum ia melanjutkan nasihatnya lagi,
..."Orang yang mempunyai niat yang tulus," kata Imam Ja'far Ash-Shadiq, guru dari Imam Abu Hanifah, "adalah dia yang hatinya tenang; sebab hati yang tenang, terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niatmu murni untuk Allah dalam segala perkara."
"...maafin kakak lho ya? Bukan bermaksud menggurui.."
Arhiza mengangguk,
"kalau kita menyegerakan nikah karena niat yang jernih, insya Allah hati kita akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan dan ke khawatiran meliputi dada. Kita merasa tenang, meskipun ada sejumlah masalah yang membebani dan menyita perhatian.
...Ketenangan dan beban masalah bukanlah dua hal yang bertentangan. Seperti seorang ibu yang telah memiliki kematangan, kedewasaan dan kasih sayang besar kepada anak serta pengharapan besar terhadap ridha Allah. Saat menghadapi persalinan, ia merasakan ketenangan hati dan keyakinan. Tetapi, ia juga harus melewati perjuangan mendebarkan yang melelahkan secara fisik dan ketegangan psikis. Tetapi, ketegangan ini bukan sejenis perasaan tidak aman.
...Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesa-gesaan ditandai oleh perasaan tidak aman dan hati yang diliputi kecemasan yang memburu. Seperti berdiri di dekat anjing galak yang tidak pernah kita kenal, ada perasaan untuk cepat-cepat berlari pergi meninggalkan tempat itu. Kalau berlari takut dikejar dan terjatuh. Kalau tetap berdiri didekatnya, tidak ada kepastian dan mengkhawatirkan. Jangan-jangan anjing itu menggigit.
...Inilah gambaran sekilas. Kalau belum jelas, bertanyalah kepada hati nuranimu. Mintalah fatwa kepadanya.
Rasulullah Saw. bersabda,
"Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan membenarkannya." (HR Ahmad).
...Situasi psikis yang berbeda-beda -juga jenjang kedewasaan yang tak sama- melahirkan sikap yang beragam dalam menghadapi dorongan untuk mencari teman hidup. Sebagian berkenan sekedar untuk (maaf) melegitimasi keinginan bersebadan dengan lawan jenis, tanpa harus jatuh ke dalam dosa. Sebagian ada juga yang mungkin berfikiran, "kalau punya suami, ada yang antar jemput", atau "kalau punya suami, mau apa-apa tinggal minta, kan dia suamiku".
Emangnya "dia" tukang ojeg?
Emangnya "dia" ATM berjalan??
Wahh gawat kan tuh Dek kalau niatnya begitu. Tapi, adek kakak yang cantik shalehah ini tidak seperti contoh diatas kan? Tentu tidak.
...tapi sebagian besar yang lain, seperti yang tadi kakak katakan sama kamu diawal tadi, bahwa seorang wanita yang matang, mengekspresikan kebutuhannya terhadap lawan jenis sebagai teman hidup dengan cara-cara yang dewasa dan mempersiapkan diri baik-baik untuk menyambutnya, jauh-jauh hari sebelumnya. Kerinduan terhadap teman hidup yang membantunya bertakwa kepada Allah, ditunjukkan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menata hati dan tujuan."
"Astaghfirullah... Ya, memang sepertinya ada yang tidak beres pada niatku kak.. Aku takut janur kuning melengkung di depan rumahnya, tanpa adanya janur yang sama melengkung di depan rumah kita di waktu yang bersamaan." kata Arhiza hampir mewek.
Yudhis yang sedari tadi berdiri di dekat jendela kamarnya, menghampiri Arhiza yang masih tetap duduk ditempat yang sama.
"adikku Arhiza sayang, jodoh kita adalah cerminan diri kita. Siapa yang baik pasti dapat yang baik, insyaAllah.. Itu janji Allah.
Usia seperti kita ini memang lagi rawan, hehe, apalagi tentang yang namanya membedakan cinta sama nafsu..
Luruskan niat dulu yukk, sembari menunggu datangnya pasangan tulang rusuk kita yuk barengi dengan senantiasa meng-upgrade diri, hehe..."
Arhiza tersenyum.