Setelah turun kini naik lagi. BBM menjelma menjadi barang kebutuhan pokok yang semakin fleksibel mengikuti perkembangan harga minyak dunia. Dampaknya tak sepele, mulai dari harga sepiring nasi di warung tegal, hingga harga kebutuhan pokok di supermarket ikut terkerek dengan kenaikan harga BBM. Kebijakan ini memang langkah berani yang diambil oleh Pemerintahan Jokowi-JK untuk “menggeser” pos APBN yang semula digunakan untuk subsidi BBM, kini dialihkan menjadi dana belanja publik yang menurut pemerintah perlu lebih diprioritaskan. Siapa taruhannya? Tentu rakyat adalah jawabannya. Berhasil tidaknya pengalihan pos APBN ini ke depan, rakyatlah yang akan menjadi taruhan terbesarnya. Jika berhasil, rakyat akan merasakan pelayanan pendidikan, kesehatan dan berbagai sarana publik yang lebih baik ke depannya. Namun jika gagal, rakyat pulalah yang harus siap tercekik karena semakin mahalnya berbagai kebutuhan pokok seiring dengan naiknya harga minyak dunia.