Sepanjang desau angin, geletar daun-daun kami mengabarkan kehangatan.
Tidak hanya jacket atau syal sebagai jawaban. Tetapi kami ada dalam kesepakatan yang berbicara hari ini, dan terus selanjutnya.
Bukankah perang atau pembunuhan telah dihikayatkan. Habil dan anak adam yang lain.
Tapi cinta telah mendahului; konon saat Adam ditiupkan ruh, kasih itu ikut terbawa. Maka kami jemput perihal cinta anak manusia dengan framen-framen surga.
Bukankah senyuman cukup sakti meredam amarah. Ia merekatkan apa saja, tanpa perlu kau sebut kabut akan menyesatkan.
Senantiasa kabut hanya sebatas gerimis yang dibawa angin lalu.