Mendung menyelimuti angkasa
Seolah menggambarkan Angkara
Yang perlahan datang menghilangkan bahagia
Terang menghilang berganti gulita
Hawa panas terkikis berubah dingin yang menggila
Cuaca tampak suram mengganti nuansa
Harapan yang terpendam seolah sirna
Tenang hati diselimuti gusar
Siang terik menghilang kesasar
Perjalanan ini penuh sabar
Mengharap keajaiban menjadi pilar
Dentum nuansa mendung menggema
Kilatan cahaya menggambarkan murka
Atas ketidaktahuan diri akan dunia
Membelenggu hati dengan gusar yang tidak sirna
Senyum dan tawa anak-anak nampak bahagia
Gelak tanpa beban dipundak yang dirasa
Belum merasakan dentum kehidupan sebenarnya
Merasakan setiap perjalanan dengan tawa tanpa duka
Mendung laksana selimut tebal di angkasa
Cahayanya temaram mengahantui jiwa
Perjalanan kali ini akan basah dan penuh bahaya
Perlahan dilalui dengan sepenuh rasa
Menghalau gelapnya jalan dan rintik hujan
Melibas genangan dan lobang jalan
Menghindari dengan hati-hati agar perjalanan aman
Menghalau galau yang mengusik yang senantiasa tertahan
Siang ku kini gelap
Segelap nuansa hati yang mengharap
Belas kasih dari Sang Maha Pemberi Harap
Cahaya itu pasti hadir melibas gelap
Matahari terdiam membungkam
Cahayanya terhalang awan mendung yang kelam
Panasnya menghilang seolah karam
Keperkasaannya harus tunduk pada gelap yang seram
Selalu ada pelangi disetiap hujan
Selalu ada jalan dari tiap kesulitan
Selalu ada kebahagiaan setelah perjuangan
Memetik hasil dari setiap bibit yang kita tanam
Hujan ini mengusir gusar
Menutupi setiap air mata yang menghantar
Titis demi titis tersamar
Oleh percik hujan yang menggelegar
Sidoarjo, 26 Oktober 2022