PSM dulu punya Ramang. Pria bertubuh kurus ini jadi punggawa pasukan ayam jantan, dan sempat memperkuat Timnas Indonesia. Ramang kabarnya berlatih ala Tsubasa, tokoh film kartun Jepang, yang amat jago main bola. Konon, Almarhum Ramang berlatih menendang bola dengan menendang bola melawan arus ombak di laut.
Setelah era Ramang, muncullah Luciano Leandro. Waktu saya masih di sekolah dasar, Ibu saya selalu kagum dengan kehebatan Luciano, utamanya untuk eksekusi bola - bola mati, katanya. Lalu muncul Syamsul Haeruddin. Putera daerah berambut sebahu ini, menurut saya hingga kini sukses menjadi ikon PSM. Kecepatan dan lenggak - lenggoknya yang gesit di lapangan, mirip karakter gelandang bertahan Italia, Genaro Gattuso.
Belakangan, muncul dinamika baru di persepakbolaan Indonesia. Nurdin Halid disuruh mundur dari PSSI. Maka, pecahlah perang antara punggawa pengurus bola di Indonesia. Lahirlah Indonesian Super League, dan Indonesian Premiere League. Sempat saling ancam dan saling menyusahkan, akhirnya ISL dan IPL berjalan sendiri - sendiri. Tim sepakbola pun harus menentukan pilihan.
PSM sendiri, sejak awal konsisten memilih IPL. Di bawah kepemimpinan Ilham Arief Sirajuddin yang juga walikota Makassar, PSM agak diabaikan sebagian suporternya. Ini karena, ada kelompok suporter yang asih ingin PSM bertahan di IPL. Padahal, manajemen PSM ngotot ke IPL, karena merasa kompetisi di ISL adalah kompetisi yang tidak sehat.
Di awal Februari 2012 ini, PSM kembali dihantam deburan ombak. General Manager PSM, Husain Abdulah, dan Panpel Pertandingan PSM Zakir Sabara, memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya. Alasan mereka berdua adalah karena kesibukan dengan urusan akademik. Husain sedang menempuh S3, sedangkan Zakir adalah Asisten Wakil Rektor UMI Makassar.
Media di Makassar sudah mulai curiga. Pasalnya, beberapa hari lalu, Manajemen sempat kecewa dengan Pelatih PSM Petar Segrt, yang mengkritik keras kinerja manajemen PSM. Kabarnya, selama menjadi pelatih PSM beberapa bulan ini, Petar sudah mengeluarkan uang pribadinya Rp 100 juta untuk kepentingan operasional PSM.
Sekelumit kejomplangan di Manajemen PSM ini, ditambah lagi dengan prestasi PSM yang selama kurang lebih 6 tahun belakangan tidak mengalami perkembangan signifikan. Terakhir, PSM mampu menjadi runner up Liga Indonesia. Setelah itu, tidak ada raihan spektakuler lagi yang bisa diraih PSM. Yang ada adalah, pemain - pemain PSM yang potensial, justru diambil oleh klub lain karena pemain digaji lebih tinggi. Kasus yang paling baru adalah Srecko Mitrovic yang "diculik" oleh klub asal China.
Pertandingan terakhir yang dijalani oleh PSM adalah pertandingan tandang. Pada 31 Januari lalu, PSM hanya mampu menahan imbang 1-1 Bontang FC di markas Bontang. Dari segi klasemen pun, PSM kini berada di posisi 10 dari 12 klub. Sungguh, PSM, yang dicinta warga Makassar dan Sulsel, kini mengalami Degradasi Luar Dalam.