telah sampai puisimu pada kesunyianku,
 sunyi yang harus dilalui sebagai jalan,
 jalan takdir seorang Radheya Karna,
 yang memilih untuk menjaga sumpah setia.
 Ku catat setiap hinaan bukan semata dendam,
 Ku rangkum derita dan ngilu garis nasibku,
 Ku pelihara dalam bait setiap luka bukan sebagai duka,
 tapi sebagai tanda mata, dari Putra Radha,
 kepada puan yang telah menggariskan puisi kita,
 dalam pupuh Asmarandana.