Apakah saya dapat memalsukan Kitab Suci? Apakah saya dapat mengubah-ubah, menukar-nukar tempat, memutar-balikkan, menyalah-artikan Kitab Suci. Dapat saja. Saya dapat melakukannya di Kompasiana ini atau waktu berkotbah di gereja atau dalam tulisan di buku2 saya. Bahkan saya dapat mencetak Kitab Suci yg sudah saya ubah sekehendak hati saya di percetakan, asal saya bisa membayarnya. Setiap orang dapat melakukannya.
Tetapi apakah Kitab Suci yg asli lalu menghilang? Apakah orang lain tidak tahu? Memangnya yg mempunyai Kitab yg asli hanya saya seorang diri? Ataukah hanya saya yg pernah mendengarnya?
Tidak semudah itu. Sebelum Kitab Suci (Alkitab, terutama Perjanjian Baru, Injil) dituliskan Yesus sudah mengkotbahkannya selama 3,5 tahun di seluruh Palestina, dan mengajarkannya kepada para muridnya. Kemudian setelah Yesus terangkat, para rasul dan murid-murid Yesus yg lain tak pernah henti mengkotbahkan dan mengajarkannya. Juga jemaat yg didirikan Yesus dengan tekun mempelajarinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada waktu itu Injil dan kitab-kitab lain mulai ditulis oleh para rasul.
Kitab-kitab itu ditulis dalam bahasa internasional saat itu yaitu Bahasa Yunani. Pada waktu itu orang-orang Yahudi, kepada siapa pertama2 Injil diberitakan, tersebar dimana-mana dan menggunakan berbagai macam bahasa, dan mereka pun pada umumnya paham Bahasa Yunani sebagai lingua franca pada waktu itu. Digunakannya Bahasa Yunani dalam kitab-kitab Perjanjian Baru membuat Injil lebih mudah menyebar ke berbagai bangsa dan bahasa. Injil juga mulai diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa para penganut kekristenan.
Seperti sebuah matauang bagi suatu negara Alkitab menjadi identitas kekeristenan. Usaha pemalsuan pasti banyak terjadi. Setelah abad pertama berlalu mulai banyak sekali injil-injil yang lain bermunculan. Tetapi para penatua jemaat akhirnya mengambil keputusan untuk mengkanonisasi Alkitab. Yg jelas2 palsu disingkirkan dari Alkitab yg resmi. Dan mudah saja bagi mereka yg hidup dan mengamalkan Injil dan ajaran Yesus untuk mengenali mana yg asli mana yg palsu. Kalau kita kenal rupiah yg asli dgn mudah kita tahu mana yg palsu, bukan?
Tapi bagaimana kemudian kalau ada negara tetangga yg mengatakan rupiah yg kita gunakan palsu? Loh, loh? Koq negara tetangga ngurusi rupiah kita? Bilang punya kita palsu, lagi? Emangnya mereka lebih tahu daripada kita yang memakainya setiap hari? Sebadoh-bodonhnya kita tidak mungkin merusak kebanggan dan identitas kita sendiri, rupiah. Yg lebih konyol kalau mereka mengatakan mereka punya rupiah yg asli dan kita yg palsu??? Apakah Bank Indonesia sebagai penerbitnya kecolongan, yah? Sehingga tetangga koq bisa lebih tahu daripada BI mana yg asli mana yg palsu?
Kalau Kitab Suci dipalsukan emangnya Tuhan tidur? Kalau saya saja sebagai penulis buku, lalu buku saya dipalsukan, akan saya cegah kalau saya tahu dan mampu. Kalau begitu tuhan orang-orang yg bilang Kitab Suci dipalsukan itu bukan Tuhan yg Mahatahu dan Mahakuasa, donk?
Banyak orang yg pada jaman belakangan ini mengaku sebagai utusan Tuhan yg terakhir. Misalkan pada jaman ini ada seseorang datang ke Indonesia, yang mengaku sebagai ‘utusan Tuhan’ yang terakhir. Dan ia mengaku membawa pesan-pesan Tuhan yang baru. Ia menyatakan bahwa Tuhan telah meralat atau merevisi, yaitu menambah, mengurangi, menukar, mengubah dan mengganti pesan-pesan-Nya yang terdahulu. Dikatakannya pula bahwa semua kitab-kitab Tuhan asli yang terdahulu telah ditarik oleh Tuhan untuk digantikan dengan edisi revisi yang lebih baik tersebut. Di tempat lain ia mengatakan bahwa kitab-kitab yang beredar sekarang tersebut adalah kitab-kitab yang telah rusak ( corrupt ) dan karena itu bukan lagi merupakan firman Tuhan.
Setelah kita mengaktifkan daya kritis kita, apakah kitaa akan mempercayai begitu saja perkataan orang tersebut? Atas dasar bukti dan alasan apa?
Mari kita tinjau pernyataan-pernyataan ‘utusan Tuhan’ ini. Yaitu ia menyatakan bahwa Tuhan telah mengeluarkan edisi revisi atas buku-buku lama-Nya. Biasanya atas dasar apakah seorang penulis meralat atau merevisi buku-bukunya? Beberapa hal yang mungkin adalah karena ada kesalahan yang ia buat, atau karena ia memperoleh informasi atau ide baru yang sebelumnya tidak pernah dia ketahui atau pikirkan. Tetapi mungkinkah hal-hal tersebut terjadi pada Tuhan yang mahabesar, dan mahatahu. Bukankah Tuhan itu tidak berubah? Apakah pengetahuan dari Tuhan yang mahatahu bisa bertambah? Bisakah Tuhan “berubah pikiran”? Apakah Tuhan yang kekal bisa membuat kesalahan sehingga harus membuat edisi revisi? Jika Anda sudah membaca uraian saya mengenai “ Tuhan Mahabesar” maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akan lebih mudah dipahami dan dijawab.
Lalu mengenai pernyataan kedua bahwa Tuhan telah menarik buku-buku edisi lama-Nya, sehingga buku-buku tersebut tidak akan ditemukan lagi yang aslinya. Yang ada sekarang adalah versi yang telah diubah-ubah atau buku-buku palsu. Tidakkah pernyataan ini terasa aneh? Apa alasannya Tuhan menarik semua buku-buku-Nya yang asli? Apakah ada sesuatu kesalahan atau ada hal yang tidak boleh dibaca di situ? Kalau ia menarik semua buku-buku yang asli itu, mengapa ia tidak menarik atau menghalangi beredarnya buku-buku-Nya, yang telah dipalsukan ( sebagaimana dikatakan oleh ‘utusan Tuhan; tersebut )? Tidak mampukah Ia melakukan hal itu? Bahkan seorang penulis manusiapun akan berusaha melakukan hal tersebut, karena buku-buku palsu tersebut akan menyesatkan banyak orang dan merusak nama baiknya. Mengapa justru buku-buku yang asli itu yang ditarik-Nya, sedang buku-buku yang palsu diizinkan beredar?
Tidakkah motif ‘utusan Tuhan’ itu menyatakan demikian adalah supaya kitabnya sendiri tidak bisa diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan kitab-kitab Allah yang terdahulu. Jika kitab-kitab yang terdahulu masih ada maka ia akan terpaksa harus membuktikan keaslian kitabnya berdasarkan kesesuaiannya dengan kitab-kitab yang lebih dahulu. Karena tidak mungkin yang lama yang harus diverifikasi kesesuaiannya dengan yang baru, melainkan yang terkemudianlah yang harus membuktikan kesesuaiannya dengan yang terdahulu. Rupanya dengan adanya klaim bahwa semua kitab-kitab terdahulu yang asli sudah ditarik semuanya maka sekarang kitab yang terkemudian tersebut tidak bisa lagi diverifikasi apakah dia sesuai dengan kitab-kitab Allah yang terdahulu.
Bukankah lebih logis untuk mengatakan bahwa apabila memang kitab yang baru tersebut asli ia tidak akan bertentangan dengan kitab-kitab yang terdahulu, karena semua kitab tersebut ditulis oleh Allah yang sama. Jika kitab yang baru itu memang asli maka ia tidak perlu takut untuk mencocokkannya dengan yang lama.. Yang lama dan asli tidak perlu ditarik. Yang perlu diberantas adalah kitab-kitab yang palsu. Jadi memang cukup beralasan jika ada kecurigaan dalam klaim ‘utusan Tuhan’ tersebut.
Dan dengan adanya klaim yang semacam itu (bahwa kitab2 lama yg asli sdh tdk ada lagi), maka sekarang kitabnya dapat diklaim sebagai satu-satunya kitab yang asli yang masih beredar. Maka dengan sendirinya kitabnya tersebut dapat dinyatakan sebagai satu-satunya kebenaran mutlak yang tidak boleh dipertanyakan lagi. Jadi sekarang kitab-kitab apapun yang beredar harus dicocokkan dengan kitabnya untuk membuktikan kebenaran kitab-kitab tersebut. Sekarang keadaannya menjadi terbalik dari apa yang seharusnya, yaitu kitab-kitab yang lebih tualah yang harus mengacu kepada yang baru. Dan kalau kitab2 tsb tdk cocok dgn kitabnya maka itu dikatakn palsu.
Harus dipertimbangkan juga bahwa jika Tuhan berbuat seperti yang dikatakan oleh ‘utusan Tuhan terakhir’ tersebut maka siapa yang dapat menjamin hal itu tidak akan terulang lagi. Rupanya Tuhan telah dianggap sebagai makhluk fana yang tidak konsisten. Yang bisa berubah-ubah pikiran dan perkataannya. Kalau sekarang Tuhan mengubah firman-Nya tidakkah lain kali ia bisa saja akan membatalkan atau meralat kitab dari ‘utusan Tuhan’ tersebut dan mengirim seorang yang lain sebagai ‘utusan terakhir’ yang lain lagi dengan pesan yang lain lagi?
Tetapi akal-akalan tersebut jelas sudah dipatahkan hanya dengan menyadari dan mengerti apa artinya bahwa Tuhan itu mahabesar, Tuhan itu mahatahu dan Tuhan itu kekal. Jika Tuhan itu mahabesar Ia tidak akan meralat perkataan-Nya sendiri, dan siapapun yang masih bisa mengubah perkataanya sendiri ia jelas bukan Allah yang mahabesar. Ia adalah oknum lain yang mengaku sebagai Allah yang mahabesar.